Demokrat soal Ganti Cat Pesawat: Apa Bahayakan Presiden?

CNN Indonesia
Selasa, 03 Agu 2021 20:08 WIB
Demokrat menilai jika tidak membahayakan nyawa presiden, maka lebih baik pemerintah membatalkan rencana mengecat ulang pesawat kepresidenan.
Pesawat kepresidenan saat masih berwarna biru-putih. Kini pesawat tersebut sudah dicat ulang menjadi merah-putih. (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)
Jakarta, CNN Indonesia --

Partai Demokrat mengkritik proyek cat ulang pesawat kepresidenan yang memakan anggaran hingga Rp2 miliar. Demokrat menilai pemerintah tidak memiliki prioritas, karena proyek tersebut muncul ketika masa pandemi virus corona (Covid-19).

Kepala Badan Komunikasi Strategis Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra mempertanyakan urgensi pengecatan pesawat kepresidenan itu.

"Apakah penting dan prioritas mengecat pesawat kepresidenan saat ini? Apakah kalau tidak dicat saat ini, membahayakan nyawa presiden saat memakai?" ujar Herzaky saat dihubungi, Selasa (3/8).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menilai jika tidak membahayakan nyawa presiden, maka lebih baik pemerintah membatalkan rencana mengecat ulang pesawat kepresidenan itu. Menurutnya, akan lebih baik pemerintah memfokuskan anggaran yang tidak penting untuk menangani pandemi Covid-19 yang belum terkendali.

Terlebih, saat ini menurut dia, anggaran pemerintah terbatas, dan masih memiliki banyak utang. Seharusnya, kata dia, daripada memilih mengecat pesawat kepresidenan, pemerintah harusnya menambah stok oksigen atau stok vaksin gratis yang bermanfaat untuk rakyat Indonesia.

"Pemerintah kan anggarannya terbatas. Utangnya juga luar biasa," tutur Herzaky.

"Bahkan insentif untuk nakes yang tertunda terus pembayarannya. Jangan sibuk buat proyek-proyek yang tidak ada kaitan dengan penanganan pandemi saat ini," kata dia menambahkan.

Herzaky juga tidak menerima alasan pihak Istana Kepresidenan yang menyatakan bahwa proyek pengecatan pesawat kepresidenan itu telah dianggarkan sejak 2019. Menurut dia, hal itu semakin memperlihatkan bahwa pemerintah tidak memiliki prioritas dan road map yang jelas dalam menangani pandemi.

"Dengan dalih sudah dianggarkan, lalu seakan-akan semua dibenarkan. Padahal, pemerintah sudah punya power luar biasa dengan UU Nomor 2 Tahun 2020 untuk realokasi anggaran ke penanganan pandemi Covid-19," ujarnya.

Lebih lanjut, menurut dia, pemerintah harus menunjukkan memiliki sensitivitas dan empati terhadap warga yang terdampak pandemi virus corona. Ia mendesak agar pemerintah menghentikan seluruh program yang tidak berkaitan dengan penanganan Covid.

"Apalagi sampai terkesan ada yang mencari untung di tengah pandemi. Mari fokus selamatkan nyawa rakyat dari bahaya pandemi," pungkasnya.

Sebelumnya, pengecatan ulang pesawat kepresidenan menuai kritik. Kondisi cat pesawat dinilai masih bagus, sehingga perubahan warna pesawat dari warna biru-putih menjadi merah-putih dianggap sebagai pemborosan, karena biaya pengecatan ulang pesawat terbilang tinggi hingga Rp2,1 miliar.

Pakar penerbangan Alvin Lie membeberkan kegiatan pengecatan ulang pesawat kepresidenan. Ia mengunggah foto pesawat kepresidenan dengan warna merah putih.

Alvin menyinggung soal pemborosan uang di tengah pandemi. Menurutnya, pengecatan ulang pesawat bisa menelan biaya miliaran rupiah dan bentuk foya-foya.

Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono membenarkan tentang pengecatan ulang pesawat Kepresidenan Indonesia-1 atau Pesawat BBJ 2 itu. Namun ia membantah pengecatan itu sebagai bentuk foya-foya.

"Pengecatan pesawat ini telah direncanakan sejak tahun 2019 serta diharapkan dapat memberikan kebanggaan bagi bangsa dan negara. Perlu kami jelaskan bahwa alokasi untuk perawatan dan pengecatan sudah dialokasikan dalam APBN," kata Heru dalam keterangan tertulis, Selasa (3/8).

Heru menyampaikan pengecatan pesawat kepresidenan sudah direncanakan dalam rangka HUT ke-75 Kemerdekaan Republik Indonesia pada 2020. Namun, kegiatan itu tak bisa langsung dilakukan karena pesawat itu belum memasuki waktu perawatan rutin.

(dmi/ain)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER