Pelaksanaan vaksinasi Covid-19 pada awal Agustus 2021 atau PPKM 3-8 Agustus, belum mencapai target 2 juta dosis per hari. Presiden Joko Widodo pernah menargetkan suntik vaksin hingga 2 juta dosis per hari selama Agustus 2021.
Pada 3 Agustus dilaporkan sebanyak 419.725 yang menerima dosis pertama dan 502.483 penerima dosis kedua. Total 922.208 dosis vaksin disuntikan pada hari itu.
Kemudian 4 Agustus dilaporkan 379.057 penerima dosis pertama dan 528.458 penerima dosis kedua. Total ada 907.515 dosis. Sementara pada 5 Agustus hanya 593.871 dosis vaksin yang disuntikan, baik dosis satu dan dua.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Suntikan vaksin mencapai 1 juta dosis per hari pada 6 Agustus, dengan 1.238.380 dosis. Masing-masing 556.935 dosis pertama dan 681.445 dosis kedua.
Namun, jumlah vaksinasi kembali turun pada 7 Agustus, dengan total suntikan 864.205 dosis. Hari itu dilaporkan 410.765 penerima dosis pertama dan 453.440 penerima dosis kedua.
Jumlah vaksinasi kembali naik pada 8 Agustus yang dilaporkan menyasar 696.117 dosis pertama dan 432.059 dosis kedua. Total ada 1.128.176 dosis yang disuntikan hari itu.
Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat (IAKMI) Hermawan Saputra, mengingatkan pemerintah tak melonggarkan kebijakan PPKM Level 4 yang habis hari ini.
Menurutnya, kasus penularan Covid-19 yang melandai saat ini masih sangat rentan lantaran diikuti dengan positivity rate serta kematian yang tinggi.
"Pelonggaran tidak bisa secara terbuka dan signifikan," ujar Hermawan saat dihubungi CNNIndonesia.com, Minggu (8/8).
Selain itu, kata Hermawan, pelonggaran juga tidak bisa dilakukan secara signifikan karena angka tes (testing) dan (tracing) pelacakan masih sangat lemah. Katanya, pemerintah sampai saat ini belum mampu memenuhi target minimal 500 ribu spesimen per hari.
Menurut Hermawan salah satu sektor yang belum bisa dilonggarkan saat ini ialah tempat pariwisata. Sedangkan sektor pekerjaan boleh dibuka secara terbatas demi memberikan efek ekonomi yang mempunyai daya tahan
"Kemudian titik kuliner dan wisata yang sifatnya tertutup perlu juga dipantau. Mal misalnya, tidak semua layanan esensial, tapi ada beberapa yang sifatnya esensial, nah itu mungkin dibuka dengan protokol kesehatan yang ketat," katanya.