Satu Pekan PPKM Jawa-Bali: Tes Rendah Covid, Kematian Tinggi

Epidemiolog Universitas Griffith Australia Dicky Budiman mengatakan selama empat pekan PPKM Level 4 Jawa-Bali, rasio kasus positif atau positivity rate masih tinggi.

Dicky mengatakan meski ada tren penurunan kasus positif harian secara absolut, namun rasio kasus positif masih cukup tinggi. Artinya masih banyak penularan Covid-19 di kelompok masyarakat.

Lihat Juga : Vaksin Sinovac dan Jempol Polisi untuk Jerinx di Markas Polda

"Secara total Jawa-Bali ini memang ada perbaikan. Tapi meski ada penurunan kasus positif, angka positivity rate masih tinggi, angka kematian juga relatif masih tinggi," kata Dicky saat dihubungi CNNIndonesia.com, Senin (16/8).

Menurut data Kementerian Kesehatan, rasio kasus positif di 7 provinsi Jawa-Bali masih di atas standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yaitu 5 persen.

Data Kemenkes mingguan per 14 Agustus menunjukkan 6 provinsi masih mencatat rasio kasus positif di atas 20 persen. Rinciannya, Jawa Tengah 35,5 persen, Yogyakarta 35 persen, Bali 33,5 persen, Jawa Timur 32,6 persen, Jawa Barat 31 persen, Banten 23,2 persen.

Sementara DKI Jakarta mencatat rasio kasus positif lebih rendah dibanding provinsi lain di Jawa-Bali yaitu 16,5 persen.

Dicky juga menyinggung soal insidensi kasus kematian di beberapa provinsi di Jawa-Bali yang masih relatif tinggi. Menurut data yang sama, Provinsi dengan insidensi kasus kematian tertinggi di Jawa-Bali yakni Yogyakarta 9,1 persen, kemudian disusul Jawa Tengah 8,1 persen.

Provinsi Bali dengan 5,6 persen, Jawa Timur 5,5 persen, DKI Jakarta 2,4 persen, Jawa Barat 2 persen, dan terendah yaitu Banten 1,2 persen.

Lihat Juga : Jokowi Ungkap Alasan Kebijakan Atasi Pandemi Berubah-ubah

Rasio kasus meninggal ini menunjukkan seberapa tinggi kemungkinan pasien Covid-19 meninggal dalam satu daerah. Dengan mengetahui angka tersebut, maka diharapkan pemerintah dapat meningkatkan kapasitas pelayanan di rumah sakit sebagai bentuk antisipasi lonjakan kasus di RS.

"Jadi secara absolut angka kasus memang ada penurunan, tapi indikator kematian dan epidemiologi seperti positivity ratenya masih menunjukkan angka yang tinggi. Artinya masih perlu penguatan di 3T," ucap Dicky.