Koalisi Masyarakat Profesi dan Asosisasi Kesehatan (Kompak) menyatakan pemerintah belum konsisten memprioritaskan masalah kesehatan dalam mengatasi pandemi Covid-19.
Hal itu disampaikan Kompak berdasarkan tingginya kasus, jumlah kematian, jumlah tes, hingga vaksinasi yang rendah sampai saat ini. Pandemi Covid-19 sudah berlangsung selama satu setengah tahun.
"Kondisi saat ini menunjukkan bahwa kasus Covid-19 masih belum dapat diatasi. Pemerintah tampak masih belum konsisten dalam memprioritaskan masalah kesehatan sebagai fokus penanganan pandemi Covid-19," kata Emi Nurjasmi salah satu perwakilan Kompak dalam konferensi pers virtual, Rabu (18/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
Emi memaparkan kasus konfirmasi Covid-19 masih tinggi. Berdasarkan data 18 Agustus 2021, total kasus konfirmasi Covid19 mencapai 3.908.247 kasus. Dengan jumlah kasus tersebut, Indonesia menduduki peringkat ke-13 dunia kasus terbanyak di dunia.
Sementara itu, kasus kematian akibat Covid-19 juga masih bertambah di atas 1.000 orang per hari. Total kematian hingga hari ini sebanyak 121.141 orang.
"Sekalipun kasus konfirmasi sudah mengalami penurunan akan tetapi angka kematian masih tinggi, bahkan Indonesia beberapa kali mencatat rekor kasus kematian harian tertinggi di dunia," ujarnya.
Tak hanya itu, Emi mengatakan banyak dokter dan tenaga kesehatan yang meninggal selama pandemi Covid-19. Rinciannya, 640 dokter, 98 dokter gigi, 637 perawat, 377 bidan, 59 apoteker, 34 ahli gizi, 13 ahli kesehatan masyarakat, dan 33 ahli teknologi laboratorium.
"Padahal, sumber daya manusia kesehatan merupakan kunci dari ketahanan sistem kesehatan dalam menghadapi pandemi Covid-19," katanya.
Lebih lanjut, Emi menilai capaian vaksinasi Covid-19 juga masih rendah dan jauh dari target. Pemerintah telah menetapkan target sasaran vaksinasi sebanyak 208.265.720 orang.
Namun, kata Emi, sampai tanggal 17 Agustus 2021 capaian vaksinasi dosis satu baru mencapai 26,4 persen dan dosis dua hanya 14 persen.
Kemudian, pelaksanaan testing, tracing, dan treatment (3T) masih belum maksimal. Jika mengacu pada standar WHO, dengan melihat positivity rate Indonesia, seharusnya dilakukan testing 10 per 1.000 penduduk atau sekitar 400.000 orang per hari.
"Target ini masih belum tercapai. Testing di Indonesia juga masih belum berbasis hasil tracing (testing epidemiologi), akan tetapi masih di dominasi testing yang bersifat screening seperti untuk perjalanan dinas atau luar kota," kata Emi.
Emi mengatakan harga tes swab PCR meski sudah diturunkan namun tetap dianggap masih mahal dibandingkan negara lain. Hal itu berpengaruh pada pemeriksaan dini kepada masyarakat terkait virus corona.
"Harga testing Covid-19 di Indonesia juga masih dianggap terlalu mahal jika dibandingkan dengan negara lain," ujarnya.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan yang utama dalam penanganan pandemi Covid-19 adalah menyelamatkan rakyat. Menurutnya, menyelamatkan nyawa rakyat merupakan hukum tertinggi dalam bernegara.
"Yang utama adalah menyelamatkan rakyat. Menyelamatkan rakyat adalah hukum tertinggi bernegara," kata Jokowi dalam Pidato Kenegaraan di Sidang Tahunan MPR, Senin (16/8).
(yla/fra)