Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengatakan sedikitnya terjadi 15 konflik besar selama 76 tahun Indonesia merdeka. JK menyebut hanya empat dari rentetan konflik tersebut yang selesai dengan perjanjian damai.
JK mengatakan konflik-konflik itu mengakibatkan ribuan korban. Menurutnya, pemerintah terpaksa menempuh operasi militer dalam menuntaskan sebagian besar konflik tersebut.
"Lima belas kali itu, empat kali kita selesaikan secara damai, mulai DI/TII di Aceh, kemudian Poso, Ambon, Aceh berikutnya. Lainnya kita selesaikan dengan operasi militer," kata JK dalam diskusi daring yang dihelat kanal Youtube PUSAD Paramadina, Kamis (19/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
JK mengakui operasi militer menimbulkan banyak korban. Akan tetapi, menurutnya sering kali pemerintah tak punya cara lain saat keadaan tidak terkendali.
Mantan Ketua Umum Partai Golkar itu berkata lebih memilih jalur damai jika memungkinkan. Ia pun terlibat dalam penyelesaian sejumlah konflik saat menjabat di pemerintahan.
JK berkata sering kali berada dalam ancaman saat berperan sebagai juru damai. Namun, ia tetap menempuh jalan itu guna memastikan keselamatan bangsa.
"Saya selalu ditanya kok bapak mau? Dalam agama dikatakan mendamaikan orang dapat pahala yang paling tinggi. Bahkan, di atas salat," ujarnya.
"Kalau kita terlambat menyelesaikannya, korbannya bisa 1.500 orang. Karena kita selamatkan begitu banyak orang," kata JK yang dua kali menjabat wakil presiden itu.
JK memiliki peran besar dalam perundingan GAM dengan pemerintah Indonesia. Ia berhasil merangkul kelompok GAM untuk berunding dengan pemerintah dan mengakhiri konflik di Tanah Rencong. Perjanjian damai ditandatangani di Helsinki, Finlandia, 15 Agustus 2005.
(dhf/fra)