Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menyebut angka stunting di sejumlah daerah berada di atas rata-rata nasional. Angka ini Muhadjir dapatkan saat ia melakukan kunjungan ke sejumlah daerah.
Stunting itu disebabkan oleh kekurangan gizi kronis pada anak.
"Para kepala daerah melaporkan bahwa di daerahnya masih ada angka stunting yang sangat tinggi," kata Muhadjir dalam rapat koordinasi nasional mengenai percepatan penurunan stunting yang digelar Sekretariat Wakil Presiden, Senin (23/8).
Beberapa daerah tersebut antara lain, Kabupaten Nias Selatan, Sumatera Utara jumlah anak yang mengalami stunting mencapai 57 persen. Selain itu, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan 41,3 persen, dan Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara sebanyak 38,6 persen.
Kondisi ini, menurut Muhadjir, berbeda dengan Sukabumi, Jawa Barat dengan angka stunting 21,9 persen. Namun begitu, angka itu masih jauh dari target pemerintah untuk menekan angka stunting di 2024.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tetapi masih jauh dari angka target 2024 yaitu 14 persen," kata Muhadjir.
Menurut Muhadjir, faktor utama dari tingginya angka stunting di sejumlah wilayah ini karena kasus kekurangan asupan gizi hingga level kronis.
Penyebab lainnya, kata Muhadjir, adalah rendahnya pendidikan orang tua. Hal ini mengakibatkan pemahaman mereka tentang pola asuh anak rendah. Selain itu adalah rendahnya cakupan akses air yang berkualitas, sanitasi yang buruk, serta kekurangan tenaga kesehatan, terutama ahli gizi.
"Ahli gizi yang bertugas memantau tumbuh kembang anak, balita, dan yang diperlukan untuk menopang perkembangan yang bersangkutan," ujarnya.
Menurut Muhadjir, pandemi Covid-19 sangat berdampak terhadap upaya percepatan pengurangan stunting. Sebab, daya beli keluarga kelompok masyarakat miskin terhadap makanan bergizi berkurang.
"Angka stunting kemungkinan juga mengalami peningkatan, terutama pada kelompok miskin," kata Muhadjir.