Bio Farma Percepat Vaksinasi Lewat Jalur 'Rantai Dingin'

KPCPEN | CNN Indonesia
Rabu, 25 Agu 2021 11:17 WIB
Bio Farma selaku penyedia dan penyalur vaksin Covid-19 menggunakan 'manajemen rantai dingin' untuk memelihara batas temperatur demi menjaga kualitas.
Ilustrasi vaksin Covid-19. Bio Farma selaku penyedia dan penyalur vaksin Covid-19 menggunakan 'manajemen rantai dingin' untuk memelihara batas temperatur demi menjaga kualitas. (Foto: ANTARA FOTO/M Agung Rajasa)
Jakarta, CNN Indonesia --

Indonesia menerima kedatangan vaksin tahap ke-42 berupa 5 juta dosis vaksin Sinovac dalam bentuk jadi. Dengan demikian, jumlah total vaksin yang sudah diterima Indonesia lebih dari 202 juta dosis, baik dalam bentuk jadi maupun bahan baku.

Selain Sinovac, beberapa merek vaksin yang digunakan Indonesia adalah AstraZeneca, Sinopharm, Moderna, dan Pfizer. Seluruh vaksin dipastikan melewati berbagai pengujian keamanan, khasiat, dan mutu oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan, dengan penanganan sesuai ketentuan BPOM dan WHO.

Sekretaris Perusahaan dan Juru Bicara PT Bio Farma mengatakan, Indonesia memiliki ketersediaan vaksin mencapai 175 juta dosis vaksin jadi, atau hampir setengah dari kebutuhan. Selain bertugas menyediakan, Bio Farma juga menjalankan distribusi bagi lebih dari 114 juta vaksin Covid-19 ke 34 provinsi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami menggunakan 'manajemen rantai dingin' selama seluruh proses untuk memelihara batas temperatur, agar kualitas vaksin tetap terjaga," ujar Bambang.

Untuk vaksin Sinovac yang membutuhkan suhu penyimpanan 2-8 derajat Celcius, Indonesia disebut memiliki rantai distribusi yang baik hingga pelosok. Sementara untuk vaksin Pfizer yang memerlukan suhu penyimpanan -70 derajat Celcius, dibutuhkan perlakuan khusus.

Bambang mengaku, hal itu menjadi tantangan di lapangan, karena jalur distribusi vaksin yang ada harus mengakomodir kebutuhan vaksin rutin, sekaligus vaksin Covid-19 yang berjumlah besar.

"Karena itu, kami berkolaborasi dengan banyak pihak termasuk pemerintah daerah, terkait fasilitas penyimpanan dan penyaluran vaksin ini. Harapannya, setiap penjuru Indonesia segera tercukupi kebutuhan vaksinnya," ujarnya.

Mempersiapkan vaksin dari bahan baku hingga menjadi bentuk jadi pun memerlukan waktu sekitar 1 bulan, belum termasuk pengawasan mutu dan masa sebelum penerbitan lot release dari BPOM.

Dia menyebut, kemasan vaksin Covid-19 kini memiliki alat untuk membantu penelusuran, sehingga dapat diketahui vaksin sampai di mana dan berapa banyak yang disalurkan. Fitur tersebut juga akan mencegah pemalsuan vaksin, karena semua terdata dengan baik.

"Untuk meningkatkan ketersediaan vaksin di tanah air, Bio Farma bersama institusi dalam negeri juga tengah melakukan riset pengembangan vaksin produksi anak negeri, yang diharapkan dapat diluncurkan pada tahun depan," kata Bambang.

Tidak Perlu Pilih-pilih Vaksin

Pakar imunologi dan vaksinasi Dirga Sakti Rambe menyebut, kelima produk vaksin di Indonesia saat ini memiliki profil karakter berbeda, namun sama-sama bertujuan memberikan perlindungan.

"Semua merek efektif mencegah penularan, risiko sakit berat juga kematian akibar Covid-19. Karena itu, tidak perlu pilih-pilih vaksin. Vaksin terbaik adalah yang tersedia saat ini. Yang akan mengendalikan pandemi adalah kekebalan masyarakat, jadi makin banyak yang divaksin, makin baik.
Segera vaksinasi, segera terlindungi. No one is safe until everyone is safe," katanya tegas.

Adapun di lapangan, pemerintah juga memperluas akses masyarakat terhadap vaksinasi Covid-19, sekalipun memerlukan upaya ekstra dalam distribusi karena populasi dan kondisi geografis Indonesia. Dirga menambahkan, musuh utama percepatan vaksinasi saat ini adalah informasi yang salah atau hoaks.

"Ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah, kita semua harus bergerak untuk melawannya. Yang sudah divaksin, berikan contoh bagi yang lain," ujar Dirga.

Senada, dokter dan influencer Nadia Alaydrus juga menggaris bawahi bahwa setiap orang bertugas menyampaikan edukasi yang benar tentang vaksin Covid-19. Tak terlepas, para influencer yang dapat memanfaatkan berbagai platform untuk melakukannya melalui konten-konten kreatif.

Nadia menyebut, vaksin memiliki lebih banyak manfaat dibandingkan efeknya atau Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang hanya bersifat sementara.

"Selain itu, efek vaksin bukan untuk satu orang, melainkan untuk komunitas. Penting untuk menyadarkan orang-orang sekeliling kita bahwa kita sedang memerangi virus. Harus disiplin protokol kesehatan dan segera melakukan vaksin," ungkap Nadia.

(rea)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER