Salim Segaf Singgung Sikap Buruk Pemimpin dan Negara Gagal
Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Salim Segaf Aljufri, menyinggung soal sikap pemimpin negara hingga elite politik yang bisa menjerumuskan Indonesia menjadi negara gagal.
Pernyataan itu disampaikan Salim saat berpidato di acara 'Mimbar Demokrasi dan Kebangsaan Seri Ke-6 Edisi Spesial Kemerdekaan' yang disiarkan secara daring lewat akun Youtube,PKSTV DPR RI, Jumat (27/8).
Awalnya, Salim mengutip pernyataan Presiden pertama RI, Soekarno, yang membandingkan antara perjuangan dalam meraih kemerdekaan dengan pascakemerdekaan.
Menurutnya, makna kalimat melawan bangsa sendiri dalam pernyataan Soekarno tersebut ialah terkait sikap saling bermusuhan, memecah belah, hingga menyebarkan fitnah, hoax, dan ujaran kebencian di antara masyarakat.
Salim kemudian mengutip perkataan Bung Karno 'Perjuanganku lebih mudah melawan penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri'.
"Melawan bangsa sendiri maknanya adalah sikap bermusuhan, memecah belah, menyebarkan fitnah, hoax dan ujaran kebencian di antara sesama anak bangsa," kata Salim.
Dia melanjutkan, melawan bangsa sendiri dalam pernyataan Soekarno juga bermakna pada perilaku kesewenangan, ketidakadilan, kezaliman, kepekaan sosial dan empat yang hilang, hingga integritas dan moralitas rusak di kalangan pemimpin, pejabat publik, elite politik dan masyarakat umum.
Menurutnya, sikap tersebut buruk dan bisa menjerumuskan Indonesia ke dalam kehancuran dan menjadi negara gagal. Bahkan, kata dia, sikap tersebut juga sangat dibenci oleh Tuhan.
"Sikap itu tidak hanya buruk dan merusak tapi lambat laun menjerumuskan bangsa ini pada kehancuran dan menjadikan Indonesia negara gagal," ujar Salim.
"Sikap tersebut juga sangat jelas dilarang oleh agama dan dibenci oleh Allah SWT," imbuhnya.
Salim berkata, Indonesia adalah sebuah bangsa besar dari berbagai macam aspek seperti wilayah, sumber daya alam, suku bangsa, bahasa, adat istiadat, agama, serta alam pikiran manusia.
Dalam kebesaran Indonesia tersebut, menurutnya, tidak boleh ada pihak yang merasa paling benar, paling hebat, paling Pancasila, dan paling NKRI. Apalagi, lanjut Salim, sikap tersebut dilakukan sambil mengeliminasi elemen bangsa lain.
"Sikap yang demikian hanya akan memecah belah, mensegregasi, menimbulkan disharmoni, dan akhirnya disintegrasi bangsa," ujar Salim.
Ia berkata, Indonesia adalah bangsa yang terlalu besar untuk dikelola sendiri oleh satu atau dua kelompok saja. Menurutnya, Indonesia justru akan negara yang besar dan maju jika seluruh elemen saling bekerja sama, bersinergi, dan berkolaborasi tanpa memandang suku, ras, agama, golongan, status, atau strata sosial ekonomi.
"Inilah yang kita sebut persatuan Indonesia. Sebagaimana para pahlawan telah memberikan contoh bahwa kemerdekaan hanya bisa diraih dengan persatuan, bukan dengan perpecahan," tutur Salim.