Satgas Covid-19 mengingatkan efektivitas vaksinasi Covid-19 bergantung pada kedisiplinan protokol kesehatan. Penularan dapat memicu munculnya varian virus baru.
Perilaku disiplin protokol kesehatan harus tetap dilakukan di tengah gencarnya vaksinasi Covid-19. Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satuan Tugas Covid-19, Sonny Harry B. Harmadi, mengingatkan efektivitas vaksin untuk menciptakan kekebalan kelompok sangat bergantung pada kedisiplinan ini.
"Sementara, mutasi virus baru muncul ketika terjadi lonjakan kasus. Varian baru virus ini berpotensi mengganggu efektifitas vaksin. Karena itu, kita harus berupaya agar lonjakan kasus tidak terjadi, dengan cara mempertahankan protokol kesehatan," kata Sonny dalam dialog Forum Merdeka Barat 9 (FMB 9) - KPC PEN bertajuk 'Dialog Semangat Selasa', Selasa (31/08) di Media Center KPC PEN Kominfo Jakarta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menyebutkan saat ini tren positif penanganan Covid-19 menunjukkan kondisi yang baik. Angka positivity rate, misalnya, sudah cukup rendah yakni 12,3 persen, meski masih harus diturunkan hingga di bawah 5 persen.
Presiden Joko Widodo sendiri telah mengumumkan perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Jawa-Bali, Senin (30/8). Kebijakan ini akan berlaku selama sepekan sejak 31 Agustus 2021 hingga 6 September 2021.
Meski PPKM diperpanjang beberapa penyesuaian perilaku dilakukan agar kegiatan sosial masyarakat bisa berjalan. Maka itu penerapan disiplin protokol kesehatan pada semua sektor, menjadi perhatian pemerintah. Tak ketinggalan, kolaborasi untuk memperkuat upaya testing, tracing, treatment (3T) serta tentunya percepatan vaksinasi.
Sonny mengingatkan, berbagai negara di dunia melalui otoritas berwenang maupun ahli-ahli di bidangnya, berpendapat jika virus Covid-19 ini akan hidup berdampingan dengan manusia, dan tidak akan hilang sepenuhnya hingga masuk ke fase endemik.
"Kita berharap, masyarakat tidak sekadar patuh, melainkan sadar bahwa protokol kesehatan itu perlu. Saat ini tingkat kesadaran masyarakat Indonesia akan pentingnya protokol kesehatan mencapai 60 persen," tegasnya.
Perubahan perilaku masyarakat sangat signifikan pengendalian pandemi. Satgas Covid-19 merangkul lebih dari 115 ribu Duta Perubahan Perilaku di seluruh Indonesia. Mereka melakukan evaluasi berkala bersama TNI dan Polri untuk memonitor perubahan perilaku masyarakat.
Salah satu Duta Perubahan Perilaku, Grace Hananta, yang juga menjabat sebagai Campaign Director Gerakan Pakai Masker (GPM), mengaku telah memberikan motivasi mematuhi protokol kesehatan mulai dari memakai masker. Ia menekankan pentingnya melakukan ajakan dengan cara yang nyaman dan menyenangkan, khususnya kepada generasi muda.
"Kita harus tunjukkan seberapa hebat kita bisa terus sadar mengenakan masker. Inti ajakan dari GPM adalah pokoknya pakai masker dulu. Masker apapun jenisnya. Kita harus sadar, bahwa sekarang mengenakan masker itu seperti halnya kita mengenakan baju," ujar Grace.
Sementara itu pelaku seni, Jeremy Teti, menambahkan saat ini masker berkembang menjadi salah satu item fashion. Masyarakat tak perlu khawatir penampilan berkurang karena mengenakan masker.
"Masker justru bisa meningkatkan fashion. Dengan masker, kita punya penampilan yang sehat, penampilan yang prokes," katanya
Jeremy juga mengingatkan pentingnya mengenakan masker secara benar, khususnya bagi orang dengan mobilitas tinggi. Selain masker, lanjutnya, membersihkan diri juga mutlak dilakukan sebelum memasuki rumah untuk perlindungan keluarga.
Sonny, Grace, dan Jeremy mengimbau masyarakat untuk tidak terjebak dalam euforia pascapenurunan level PPKM di Jawa Bali. Perbaikan situasi Covid-19 tidak boleh membuat lengah melainkan harus disikapi dengan hati-hati.
(rea)