Cerita Pilu Warga 'Abadi' Terdampak Banjir Bandang Bogor

CNN Indonesia
Selasa, 07 Sep 2021 20:48 WIB
Warga Kampung Banar, Bogor, tak punya pilihan selain hidup di bantaran Sungai Cidurian. Banjir bandang kerap menerjang, namun bantuan tak kunjung datang.
Warga yang terkena dampak banjir bandang di Bogor, tetap bertahan di tempat tinggalnya karena tak punya pilihan, Selasa (7/9/2021). (CNN Indonesia/Andry Novelino)
Jakarta, CNN Indonesia --

Warga Kampung Banar, Desa Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, tak punya pilihan selain tetap bertahan hidup di bantaran Sungai Cidurian. Ancaman banjir bandang mengintai mereka.

Jumri (50) menatap getir area rumahnya yang tersapu banjir bandang pada Senin (6/9). Ruangan dapur serta kamar mandi yang sebelumnya kerap digunakan oleh keluarganya kini habis tak tersisa.

"Di sini dulu dapur, di sini kamar mandi," katanya kepada CNNIndonesia.com, Selasa (7/9).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menuturkan, bencana yang terjadi sehari sebelumnya itu berawal dari hujan pada sore hari. Alih-alih segera mereda, curah hujan di daerahnya justru kian meningkat dan terus berlanjut hingga malam.

Akibatnya, banjir bandang yang menggerus area pinggiran Sungai Cidurian tidak terelakkan. Jumri segera memboyong keluarganya mengungsi ke rumah-rumah tetangga terdekat.

"Masih di RT04/RW09, cuma tidak terletak di pinggir sungai seperti kami," tuturnya.

Meski hujan sudah berhenti dan banjir bandang sudah surut pada malam harinya, dia masih belum bisa kembali ke rumah. Jumri masih dihantui was-was akan banjir bandang susulan.

"Bukan takut airnya aja, takut longsor juga. Mending air mah kelihatan, kalau longsor kan enggak tahu," jelasnya.

Baru pada siang keesokan harinya, ia berani kembali mengecek rumah. Itu pun hanya untuk sekadar bersih-bersih, sebelum keluarganya kembali ke rumah.

Ia bercerita, bukan kali ini saja keluarganya berhadapan dengan banjir bandang. Awal 2020, Jumri sempat mengalami kejadian serupa.

Bahkan kala itu menurutnya tingkat banjir bandang jauh lebih parah. Tak tanggung-tanggung setidaknya ada lima rumah dan satu masjid yang hanyut tak tersisa. Termasuk rumah milik orang tuanya yang dulu berada persis di belakang rumahnya.

"Tahun lalu itu lebih tinggi dan lebih parah kerusakannya," terangnya.

Kendati demikian, Jumri bukannya tidak kapok tetap bertahan di bantaran Sungai Cidurian. Hanya saja ia merasa tidak ada pilihan lain.

"Masalahnya kami mau ngungsi ke mana, enggak ada tempat untuk kami pindah," diakuinya.

Ia lelah dengan sikap pemerintah daerah yang seakan menutup mata pada apa yang terjadi di kampungnya. Jumri mengatakan bahkan bantuan dari peristiwa banjir bandang awal tahun kemarin tak kunjung datang.

"Kami hanya diminta kartu keluarga saja, tapi tidak pernah ada apa-apa. Bahkan uang untuk perbaikan saja enggak pernah sampai," keluhnya.

Padahal kata Jumri, masyarakat terdampak lainnya seperti mereka yang berada di desa Harkatjaya sudah mendapatkan bantuan dari pemerintah.

"Ini kenapa, padahal kan Bupatinya sama juga. Kenapa kami masih belum juga," ujarnya.

Jumri tidak sendiri, Atang (51) juga merasakan nasib yang sama. Atang sudah lama ingin pindah dari rumah yang ia tinggali saat ini.

Ia merasa rumahnya sudah tidak layak huni. Sayangnya kesempatan itu tak pernah datang menghampirinya.

"Saya juga pengen gitu aman, karena ini sudah enggak layak huni," tuturnya dalam kesempatan yang sama.

Hujan Datang, Bencana Menghantui

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER