Atang merasa tidak bisa lagi memandang hujan di daerahnya sebagai peristiwa alam biasa. Selalu ada kekhawatiran akan terjadinya banjir besar yang menghantui keluarganya.
"Ngerinya kalau lagi ada hujan kayak gini. Emang sih enggak tiap hari, tapi kan, tetap aja bikin takut," jelasnya gelisah.
Ia menambahkan, setidaknya empat kali dalam sebulan dirinya harus mengungsi kepada tetangga terdekat untuk menghindari ancaman tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Frekuensi keluarganya mengungsi bahkan bisa meningkat drastis ketika memasuki musim penghujan di akhir tahun.
"Karena pas bulan-bulan itu (Desember-Januari) hujannya bisa hampir setiap hari," ungkapnya.
Kini baik Jumri maupun Atang, tidak bisa berbuat banyak selain tetap bertahan hidup di pinggiran Sungai Cidurian.
Sambil menunggu mana yang lebih dahulu datang kepada mereka: banjir yang kerap menyapa atau bantuan pemerintah yang tak kunjung tiba.
Pascabecana banjir bandang, masyarakat Kampung Nangela, Desa Nanggung, memperbaiki saluran air yang terputus.
Amin (40) salah seorang tokoh masyarakat setempat mengatakan perbaikan darurat itu untuk menghubungkan saluran air dari desanya dengan Kampung Urug, Desa Sukajaya.
Dia mengatakan banjir bandang menyebabkan saluran air dan listrik di kedua desa terputus. Berbarengan dengan runtuhnya jembatan utama penghubung antara Desa Nanggung dan Sukajaya.
"Saat ini prioritasnya untuk perbaikan saluran air bersih dulu. Karena untuk kebutuhan minum dan mandi warga Kampung Urug," jelasnya.
Amin menjelaskan, satu-satunya akses air bersih untuk Kampung Urug saat ini hanya berasal dari sumber mata air dari kampungnya.
"Kalau untuk listrik alhamdulillah saat ini sudah kembali menyala di kedua desa. Karena sudah diperbaiki tadi siang oleh PLN," tuturnya.
"Sementara kalau untuk perbaikan jembatan masih belum bisa dilakukan secara mandiri. Jadi untuk saat ini masih terpaksa memutar," imbuhnya.
Kendati demikian, dirinya mengatakan, tidak ada korban jiwa ataupun rumah yang terdampak banjir bandang di kedua desa ini. Begitu pula dengan kandang ternak warga di pinggir sunggai.
Banjir bandang yang menerjang empat kecamatan di Kabupaten Bogor menyebabkan sedikitnya 32 kepala keluarga (KK) atau 37 warga lainnya dan 50 santri terdampak.
(tfq/pmg)