Jokowi Yakin 70% Divaksin Akhir 2021 di Tengah Keraguan Warga
Di tengah pesimisme publik terhadap vaksin Covid-19, Presiden Joko Widodo meyakini lebih dari 70 persen warga disuntik imunisasi Virus Corona pada akhir 2021.
Ia mengklaim setiap hari semakin banyak masyarakat yang menerima vaksin sembari meminta perluasan pelaksanaan vaksinasi agar seluruh masyarakat terlindungi.
"Semakin banyak yang sudah divaksinasi di seluruh Tanah Air Indonesia sehingga di akhir tahun nanti lebih dari 70 persen masyarakat sudah divaksinasi," kata Jokowi saat meninjau vaksinasi Covid-19 di Bantul, disiarkan kanal Youtube Sekretariat Presiden, Jumat (10/9).
Dalam kesempatan itu, Jokowi menyaksikan vaksinasi terhadap 8 ribu peserta vaksinasi yang terdiri dari difabel, abdi dalem, lansia, pengemudi ojek daring, dan kelompok masyarakat lainnya.
Mantan Wali Kota Solo itu berterima kasih kepada masyarakat yang antusias menerima vaksin Covid-19. Ia berharap semakin banyak warga yang mengikuti program vaksinasi.
"Kita harapkan vaksinasi ini bisa memberikan perlindungan, memberikan proteksi yang maksimal kepada masyarakat sehingga kita semua bisa beraktivitas seperti biasa," ujar Jokowi.
Pada awal pandemi, pemerintah mencanangkan vaksinasi Covid-19 untuk 181,5 juta orang atau 70 persen dari penduduk Indonesia. Target itu diperlebar hingga 208 juta orang karena vaksin Covid-19 dinyatakan bisa diberikan kepada anak dan remaja.
Hingga Kamis (9/9), pemerintah telah melakukan vaksinasi Covid-19 terhadap 70,9 juta orang. Sebanyak 40,6 juta orang di antaranya telah menerima dua dosis vaksin, sedangkan 750 ribu di antaranya telah menerima dosis ketiga.
Sementara itu, sejumlah survei menyebut banyak warga yang masih enggan divaksin Covid-19 dengan sejumlah alasan.
Direktur Eksekutif Media Survei Nasional (Median) Rico Marbun mengatakan 45,7 persen responden survei pihaknya bersama Party Watch Institute masih enggan disuntik.
Survei pada 19-26 Agustus itu memiliki 1.000 responden dari 34 provinsi yang memiliki hak pilih atau berusia 17 tahun ke atas. Margin of error-nya plus minus 3 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
"Yang menjawab definitif ingin divaksin 54,3 persen dan tidak ingin divaksin 45,7 persen," kata Rico, Kamis (9/9).
Persentase itu membuatnya risau lantaran batas terbawah kekebalan kelompok atau herd immunity adalah 65-70 persen. "Saya pikir masih ada tugas pemerintah untuk mengedukasi publik bahwa vaksinasi itu penting," tuturnya.
Senada, hasil hitung Lembaga Survei Indonesia (LSI) menunjukkan 36,4 persen tidak bersedia divaksinasi Covid-19.
Survei pada 22-25 Juni 2021 itu memiliki 1.200 responden dari 34 provinsi dan dilakukan dengan metode simple random sampling dengan tingkat kesalahan sekitar 2,8 persen.
Direktur Eksekutif LSI Djayadi Hanan Djayadi mengatakan angka itu didapat dari 82,6 persen responden yang belum mendapatkan vaksinasi.
Menurut dia, ada tiga alasan warga menolak vaksinasi. Pertama, takut efek samping vaksin (55,5 persen); menganggap vaksin tidak efektif (25,5 persen); serta menganggap tidak membutuhkan vaksin karena tubuh sehat (19,9 persen).
"Di luar itu ada yang mempersoalkan atau meragukan kehalalannya, kemudian ada yang persoalan takut akan bayar untuk memperoleh vaksin," ujar dia.
Di luar survei, Badan Kesehatan Dunia (WHO) juga mencatat ada masalah dalam hal program vaksinasi bagi warga lanjut usia (lansia).
Per awal September, baru 17,52 persen atau 3.776.532 lansia yang mendapat vaksinasi lengkap. Sementara, lansia yang sudah disunti dosis pertama baru 24,64 persen atau 5.311.741 orang.
Padahal, vaksinasi lansia telah berlangsung sejak pekan ketiga Februari 2021 dengan sasaran 21.553.118 orang.
(dhf/arh)