Pengamat: Motif Napoleon Aniaya Kace untuk Cari Perhatian

CNN Indonesia
Selasa, 21 Sep 2021 06:44 WIB
Terdakwa kasus suap penghapusan red notice Djoko Tjandra, Irjen Pol Napoleon Bonaparte saat disidang di Pengadilan Tipikor Jakarta. (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A)
Jakarta, CNN Indonesia --

Tersangka kasus penistaan agama Muhammad Kace menjadi korban penganiayaan saat dirinya berada di dalam tahanan di Rutan Bareskrim, Jakarta.

Terduga penganiaya itu adalah Irjen Pol Napoleon Bonaparte yang telah divonis empat tahun penjara oleh Pengadilan Tipikor Jakarta pada Maret lalu, dan diperkuat di tingkat banding oleh Pengadilan Tinggi Jakarta pada Juli lalu dalam kasus red notice Djoko S Tjandra.

Penganiayaan terhadap Kace yang terkuak ke publik itu pada pekan lalu itu meskipun korban disebut sudah mengadukan hal tersebut ke Bareskrim sejak 26 Agustus 2021.

Direktur Tindak Pidana Umum (Dirtipidum) Bareskrim Polri Brigjen Andi Rian Djajadi mengatakan Napoleon memukuli dan melumuri Kace dengan kotoran manusia. Sejumlah napi membantu Napoleon dalam aksi kekerasan itu.

Napoleon pun angkat suara setelah kasus penganiayaan terungkap ke publik. Ia berdalih melakukan kekerasan untuk membela agama Islam yang dinodai Kace.

"Siapapun bisa menghina saya, tapi tidak terhadap Allahku, Alquran, Rasulullah SAW dan akidah Islamku, karenanya saya bersumpah akan melakukan tindakan terukur apapun kepada siapa saja yang berani melakukannya," ucap jenderal yang menjadi napi korupsi itu dalam sebuah surat terbuka.

Kriminolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Suprapto berpendapat ada dua motif di balik penganiayaan itu. Pertama, Napoleon berupaya menunggangi isu penodaan agama yang menyeret Kace ke penjara.

Di satu sisi, Suprapto menilai surat terbuka Napoleon hanya sebuah alibi. Menurutnya, surat itu ditujukan agar tindak kekerasan yang ia lakukan dimaklumi semua pihak.

"Seolah-olah apa yang dilakukannya untuk membela agama atau membela kalangan tertentu yang lebih luas. Setidaknya, diharapkan dapat mendapatkan dukungan dari pihak lain," kata Suprapto saat dihubungi CNNIndonesia.com, Senin (20/9).

Suprapto juga melihat ada kemungkinan penganiayaan dipicu perdebatan antara Napoleon dan Kace. Ia menilai bisa saja Napoleon sedang tak bisa mengendalikan diri saat ada tahanan baru.

Dalih membela agam, ucap Suprapto, digunakan Napoleon untuk lolos dari jerat hukum. Namun, ia menilai upaya Napoleon itu sia-sia.

"Permasalahannya surat dibuat setelah penganiayaan ramai di publik, sulit dikatakan tindakan itu karena didasari penistaan agama," ujarnya.

Dihubungi terpisah, Kriminolog Universitas Indonesia Josias Simon berpendapat berbeda. Ia menduga ada motivasi yang lebih serius daripada mencari perhatian publik.

Josias mengatakan kekerasan terhadap napi baru bukan pertama kali terjadi. Namun, biasanya kekerasan dilakukan dalam skala ringan.

"Kalau aksinya memukuli, melumuri kotoran, itu dalam. Biasanya kalau pengenalan tahanan efek kejut saja, efek jera," ucap Josias saat dihubungi CNNIndonesia.com, Senin (20/9).

Terlebih lagi, Napoleon adalah seorang perwira tinggi polisi. Ia menilai seharusnya Napoleon tahu konsekuensi hukum dari perbuatannya tersebut.

Josias berpendapat penganiayaan dipicu masalah pribadi antara Napoleon dan Kace. Ia mengatakan kepolisian perlu mendalami kasus ini.

"Perlu ditelusuri kepolisian apa terjadi hal lebih mendalam antara persoalan NB dan MK, di antara tahanan kan beragam," tuturnya.

(dhf/kid)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK