151 Siswa SMP Positif Covid di Purbalingga, PTM Dihentikan
Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi menghentikan proses Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas di daerahnya karena ditemukan 151 siswa SMP positif virus corona (Covid-19).
Dyah menyampaikan dari hasil pemeriksaan tes antigen terhadap 391 siswa di SMPN 4 Mrebet awalnya ditemukan 90 siswa positif Covid-19. Kemudian ditemukan positif Covid-19 tambahan di SMPN 3 Mrebet sebanyak 61 kasus sehingga total siswa positif Covid-19 di Purbalingga menjadi 151 anak.
"Untuk sementara waktu, seluruh pelaksanaan PTM di Purbalingga dihentikan sementara sampai ada evaluasi lebih lanjut, sampai ada SOP lebih rigid terkait pelaksanaan PTM," kata Dyah kepada CNN TV, Rabu (22/9).
Pihaknya juga menyampaikan, sejauh ini setiap sekolah di Purbalingga melaksanakan PTM sesuai SOP. Sebelum masuk sekolah, siswa dan guru harus sehat dengan dibuktikan hasil tes antigen negatif.
Dyah mengaku bahwa pihaknya akan mengkaji kembali pelaksanaan PTM mengingat kasus Covid-19 yang masih terus bertambah. Dia juga bakal menyusun skala prioritas untuk menentukan jenjang kelas yang boleh melaksanakan PTM.
"Tentunya pelaksanaan PTM harus ada skala prioritas, artinya mana yang mau didahulukan kelas berapa dulu," kata dia.
Sejauh ini sebanyak 90 siswa SMPN 4 Mrebet yang terkonfirmasi positif Covid-19 tersebut tengah menjalani isolasi terpusat di gedung sekolah. Seluruh siswa bakal mengikuti tes PCR.
Pemkab juga mengklaim bakal mempercepat program vaksinasi Covid-19 untuk siswa dan guru di Purbalingga agar PTM dapat berjalan dengan aman.
"Semua sekolah melakukan PTM sebelumnya harus swab antigen, jadi dipastikan guru sehat dan anak-anaknya sehat. Kami juga berencana mempercepat proses vaksinasi terhadap para pelajar," katanya.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) sebelumnya mencatat sebanyak 2,8 persen atau 1.296 sekolah melaporkan klaster penyebaran Covid-19 selama pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas.
Direktur Jenderal (Dirjen) PAUD dan Pendidikan Dasar Menengah Kemendikbudristek, Jumeri mengatakan jumlah itu berdasarkan hasil survei yang pihaknya lakukan terhadap 46.500 sekolah hingga 20 September.
"Kemudian kasus penularan itu kira-kira 2,8 persen yang melaporkan," kata Jumeri dalam diskusi daring di YouTube, Selasa (21/9).
(mln/wis)