Kriminolog UGM: Ragam Aliran & Medsos Picu Penyerangan Ustaz

CNN Indonesia
Kamis, 23 Sep 2021 07:53 WIB
Medsos dinilai memuat orang makin kritis. Ketika mendengar sesuatu yang tidak tepat, muncul anggapan dan tudingan penyampai ceramah mengarah pada adu domba.
Pemakaman korban penembakan ustaz A oleh orang tak dikenal di RT 02/05 Kelurahan Kunciran, Kecamatan Pinang, Kota Tangerang (CNN Indonesia/Eko)
Jakarta, CNN Indonesia --

Kriminolog Fisipol Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Suprapto mengatakan fenomena penyerangan terhadap tokoh agama beberapa waktu terakhir tidak terlepas dari banyaknya paham atau aliran dalam Islam.

Hal itu membuat empat kemungkinan, kata dia, yakni ustaz menyampaikan hal benar dan didukung orang lain, ustaz menyampaikan hal benar namun diserang, ustaz menyampaikan hal keliru tapi didukung, dan ustaz menyampaikan hal keliru kemudian diserang.

"Jadi meskipun sama-sama Islam tapi banyak sekali aliran ataupun kelompok-kelompok tertentu yang kadang kala tidak bisa menoleransi kelompok-kelompok yang lain," kata Suprapto saat dihubungi CNNIndonesia.com melalui sambungan telepon, Rabu (22/9).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Suprapto, seorang tokoh agama mesti memahami audiens dalam forum ceramahnya yang bisa terdiri dari berbagai aliran yang berbeda-beda. Dengan demikian, kata dia, ceramah tokoh agama harus bersifat umum dan tidak menyinggung kelompok lain ataupun SARA.

Faktor selanjutnya adalah masyarakat yang saat ini semakin kritis serta keberadaan media sosial yang membuat ceramah di suatu forum tersebar ke kelompok lain yang bisa saja berseberangan.

"Makin banyak orang yang kritis jadi ketika menyampaikan sesuatu tidak tepat misalnya dianggap mengarah pada adu domba apalagi kalau ajaran agamanya tidak masuk akal itu, itu akan bisa menimbulkan friksi," tuturnya.

Adapun mengenai pelaku penyerangan terhadap ustaz atau ulama yang dalam banyak kasus disebut gila, menurut Suprapto, harus melalui tes medis yang menyatakan bahwa orang tersebut mengalami gangguan kejiwaan.

Menurut Suprapto, hari ini terdapat banyak sekali orang yang menyatakan dirinya sakit jiwa. Ia tidak menampik bahwa keadaan hari ini juga mengakibatkan orang-orang terkena gangguan kejiwaan. Meski demikian, dalam persoalan hukum, hal itu harus dibuktikan secara medis.

"Ketika ini bisa dibuktikan secara medis bahwa dia sakit jiwa ya memang perlakuannya akan berbeda dengan orang yang sebetulnya sehat tapi dia ngaku-ngaku sakit jiwa," ujar Suprapto.

Menurut Suprapto, penjelasan atau klarifikasi dari pihak berwenang mengenai alasan seseorang menyerang sosok ustaz atau ulama menjadi sangat penting. Hal ini dilakukan agar isu tersebut tidak berkembang menjadi liar dan dianggap seperti fenomena pembunuhan dukun, guru ngaji, dan kiai pada masa Orde Baru.

CNNIndonesia.com telah menghubungi Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Mabes Polri Brigjen Rusdi Hartono dan Kabag Penerangan Umum Mabes Polri Kombes Pol Ramadhan mengenai apakah dalam kasus penyerangan ustaz yang pelakunya disebut gila dilakukan pemeriksaan secara medis. Namun, hingga berita ini ditulis, keduanya belum merespons.

Peristiwa penembakan terhadap seorang ustaz berinisial A di Kota Tangerang, Banten, Sabtu (18/9) sehingga mengakibatkan korban meninggal menambah daftar panjang penyerangan terhadap tokoh agama selama beberapa tahun terakhir.

Selang dua hari pascakejadian di Banten, dugaan penyerangan oleh orang tak dikenal juga menimpa Ustaz Abu Syahid Chaniago saat berceramah di Masjid Baitussyakur, Batam, Kepulauan Riau. Syahid sempat menyadari upaya penyerangan itu dan menyelamatkan diri.

Polisi masih melakukan penyelidikan dan memburu pelaku penembakan ustaz di Banten. Hal serupa juga dilakukan polisi dalam kasus Abu Syahid Chaniago.

Sebelumnya, peristwa penyerangan juga menimpa mendiang pendakwah kondang, Syekh Ali Jaber saat memberikan ceramah di Bandar Lampung 13 September 2020. Ia ditusuk oleh orang tak dikenal. BNPT menyatakan pelaku mengalami gangguan kejiwaan.

Berdasarkan catatan CNNIndonesia.com, sepanjang 2018 terjadi lima kali peristiwa penyerangan terhadap tokoh agama atau ustaz. Dua dari kasus itu disebut berkaitan dengan kondisi kejiwaan pelaku.

(iam/ain)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER