Lima atlet DKI Jakarta yang terpapar Covid-19 pada Pekan Olahraga Nasional (PON) Papua memiliki hasil hasil Cycle Threshold (CT) rendah. Ada kekhawatiran para atlet ini terjangkit varian baru virus corona.
Koordinator Dokter Kontingen DKI Jakarta, Junaidi mengatakan, pihaknya mendapati angka CT Value yang rendah dari atlet DKI yang terpapar Covid-19 pada perhelatan akbar tersebut.
Lihat Juga : |
Junaidi mengaku khawatir lima atlet DKI yang berkompetisi itu terpapar varian baru.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"CT-nya, jadi kita di Papua curiga, termasuk Dinas Kesehatan Papua juga, ada varian baru yang ada di sini karena melihat dari CT yang terendah," katanya saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (5/10).
Junaidi mengatakan, lima atlet yang terpapar tersebut berasal dari cabang olahraga sepatu roda, softball, basket serta judo.
"Di Timika ada tiga orang, di Jayapura ada dua," ungkapnya.
Lihat Juga : |
Saat ini, dikatakan Junaidi, kedua atlet yang berada di Jayapura tengah mendapatkan perawatan dan diisolasi di rumah sakit swasta. Sementara untuk tiga atlet yang ada di Timika menjalani isolasi di RSUD Timika.
PON Papua diketahui mempertandingkan 56 cabang olahraga. Sebanyak 6.442 atlet berpartisipasi di pesta olahraga paling bergengsi se-Indonesia tersebut.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) secara resmi membuka gelaran PON yang untuk kali pertama digelar di Bumi Cenderawasih. PON Papua akan berlangsung hingga 15 Oktober mendatang.
Keterkaitan CT Value rendah dengan paparan varian baru Covid ini pertama kali diwacanakan pada awal September 2021. Saat tim medis di rumah sakit darurat Covid-19 Surabaya, atau Rumah Sakit Lapangan Indrapura (RSLI) mendapati hasil CT Value sejumlah pasien Covid yang sangat rendah, berada di angka 1,8.
Angka tersebut didapati dari hasil pemeriksaan yang dilakukan pada kelompok Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang baru pulang ke Jawa Timur baru-baru ini.
Temuan itu dinilai mengkhawatirkan lantaran menjadi indikasi ditemukannya kasus mutasi virus SARS-CoV-2 baru.
Lihat Juga :![]() Update Corona 5 Oktober Rangkuman Covid: Atlet PON Papua Positif Covid, Testing Turun |
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan RSLI, Fauqa Arinil Aulia, mengatakan bahwa pihaknya akhir-akhir ini menemukan sejumlah pasien dengan CT value yang rendah cenderung ekstrem.
Kondisi ini juga bertentangan dengan temuan dan teori kasus-kasus Covid-19 yang ditemukan sebelumnya di RSLI. Di mana CT value pasien akan bertahap naik dan membaik menjelang pekan ke-2 dirawat.
Setelah dilakukan penelitian, Fauqa menyatakan dalam beberapa kasus memang ada pasien dengan CT value rendah. Namun, dia menyebut hal itu bisa dipengaruhi oleh alat dan jenis PCR. Menurut Fauqa, masing-masing metode bisa menunjukan nilai CT value yang berbeda karena satuan hitungannya.
Lebih lanjut, Fauqa menyebut CT value rendah juga tidak bisa digunakan untuk mendeteksi varian atau mutasi virus yang menjangkit dalam tubuh pasien. Termasuk soal potensi adanya varian baru yang bersarang.
"Memang di beberapa pasien ditemukan CT value rendah. Cuma yang perlu diwaspadai saat kita menghitung CT value itu, harus memperhatikan alat dan reagen yang digunakan," kata Fauqa kepada CNNIndonesia.com, Jumat (10/9).
Dalam kasus Surabaya ini Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin juga memberi penjelasan bahwa CT value sejumlah pasien RSLI yang rendah itu disebabkan metode tes PCR yang digunakan berbeda dari biasanya.
PCR sendiri ada beberapa jenis, di antaranya adalah RT-PCR (reverse transcription PCR) dan iiPCR (insulated isothermal PCR).
"Jadi kalau angkanya 1,5-1,8 itu menggunakan isoterm (iiPCR) yang skala pengukurannya berbeda dengan CT yang biasa kita gunakan di PCR," kata Budi dalam Rapat Kerja bersama Komisi IX DPR yang disiarkan melalui kanal YouTube DPR RI, Senin (13/9).
(tfq/wis)