Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut atau TNI AL belum memperoleh informasi lebih ihwal kapal riset milik Pemerintah China, Hai Yang Di zhi 10 yang diduga kembali berada di Laut Natuna Utara.
Kepala Dinas Penerangan Komando Armada (Koarmada) I TNI AL, Letnan Kolonel Laode Muhammad mengaku pihaknya belum mendapatkan informasi terkait kehadiran kapal asing yang diduga milik pemerintah China di Laut Natuna Utara, pada Selasa (5/10) Pagi.
"Saya belum mendapatkan informasi dari lapangan," jelasnya ketika dikonfirmasi oleh CNNIndonesia.com,Rabu (6/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kendati demikian, dia mengklaim pihak TNI AL selalu berada di lokasi setiap saat.
"Kami hadir di sana (Laut Natuna Utara) 1X24jam," jelasnya.
Hanya saja, Laode mengatakan, dirinya memang belum mendapatkan informasi apakah dalam pemantauan tersebut, pihaknya kembali menemukan kapal yang sama, seperti yang sempat melakukan riset di wilayah tersebut pada September kemarin.
"Saya belum ada info, namun yang sudah sama-sama kita ketahui bahwa Laut Natuna Utara adalah pintu keluar masuk menuju ALKI (Alur Laut Kepulauan Indonesia) I dan Selat Singapura. Sehingga sangat sangat memungkinkan kapal apa saja melintas dan berlaku freedom of navigation di perairan tersebut," pungkasnya.
Jejak Kapal riset milik pemerintah China, Hai Yang Di Zhi 10, memasuki Laut Natuna Utara bukanlah kali pertama.Peneliti Indonesia Ocean Justice Initiative (IOJI) Imam Prakoso mengatakan, kapal tersebut terdeteksi berada di Laut Natuna Utara sejak akhir Agustus lalu.
Diketahui, berdasarkan pantauan dari informasi AIS (automatic identification system), kapal tersebut didapati berada di Laut Natuna Utara sejak 31 Agustus hingga 29 September.
Imam menduga, berdasarkan pola pergerakan kapal yang seperti sawah, kapal asing tersebut sedang melakukan kegiatan riset di perairan Natuna. Apalagi menurutnya, kapal riset itu tergolong bagus dan dilengkapi dengan sejumlah laboratorium.
Ia juga menyebut, kapal itu memiliki kemampuan untuk mengambil sampel batuan dan biota dasar laut. Dari pantauan AIS, kapal itu juga dikawal oleh Kapal Coast Guard Cina dengan nomor lambung CCG 4303.
Atas terdeteksinya kapal asing tersebut, kata dia, TNI lalu mengirimkan KRI Bontang untuk melakukan bayang-bayang selama dua hari pada 15 dan 16 September. Akan tetapi, ia mengatakan, KRI Bontang bukan tipe kapal patroli.
Melainkan kapal tanker yang bertugas menyalurkan pasokan bagi kapal-kapal patroli yang berada di tengah laut.
"Langkah ini menurut kami yang moderat dari TNI, memang betul-betul moderat, karena tidak kirim kapal frigate atau corvette yang lebih khusus untuk patroli," katanya.
Setelah sempat keluar, Imam mengatakan kapal itu kembali terpantau di Laut Natuna Utara. Sama seperti sebelumnya, menurutnya, kedatangan kapal tersebut kembali ke wilayah Laut Natuna Utara adalah untuk melakukan kegiatan riset.
Imam menduga, pergerakan kapal tersebut yang sempat keluar dari Laut Natuna Utara dilakukan untuk mengisi perbekalan di gugusan Pulau Karang yang dikuasai Tiongkok di Laut China Selatan.
"Terpantau dari informasi AIS, posisi kapal pada 05 Oktober 2021 pukul 07:26 WIB berada pada koordinat 109.3417, 6.4383 dengan kecepatan 9 knot dengan lintasan mondar-mandir dengan pola grid (kotak-kotak)," ujarnya.
"Masih dengan pengawalan coast guard dengan perbekalan penuh terisi kembali, paling tidak sebulan lagi masih akan berada di Laut Natuna," imbuhnya.