Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Edy Rahmayadi buka suara terkait pemusnahan patung Presiden ke-2 RI Soeharto, Letjen Sarwo Edhie Wibowo, dan Jenderal AH Nasution di Museum Angkatan Sharma Bhakti Markas Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) Jakarta.
Eks Pangkostrad (Panglima Kostrad) tersebut mengaku tidak mengetahui secara pasti masalah tersebut. Namun di museum itu banyak disimpan benda benda peninggalan sejarah kelam penumpasan Partai Komunis Indonesia (PKI).
"Saya tak tahu pastinya kayak mana, nanti salah ngomongnya. Itu senior-senior saya itu. Enggak ngerti saya. Yang jelasnya itu kan museum. Terus kok bisa sampai terjadi, hal ini yang saya enggak tahu pasti," kata Edy kepada CNNIndonesia.com, Rabu (6/10)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Edy, pembongkaran patung-patung di Museum Darma Bhakti Kostrad tidak bisa sembarangan.
"Namanya museum, heritage itu tidak bisa sembarangan. Saya enggak tahu tahu hanya kebetulan dengar berita saja. Kebetulan kita kerjaan banyak," pungkasnya.
Terkait pernyataan mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo yang menduga adanya penyusupan kembali pendukung PKI ke tubuh TNI yang terlihat dari penghilangan patung tokoh G30S/PKI di Markas Kostrad, Edy tak mau berkomentar banyak.
"Tidak pula saya mengkaji sampai sejauh itu. Tapi yang perlu diketahui bahwa itu museum. Saya tak mengerti apa gitu (masalahnya). Apakah itu diperbaiki atau apa saya kan enggak ngerti. Sudah 2017 saya tinggalkan itu," paparnya.
Edy menambahkan Museum Darma Bhakti Kostrad tersebut sempat menjadi kantor Pangkostrad pertama yakni Soeharto. Usai menumpas Partai Komunis Indonesia (PKI) yang menjadi dalang Gerakan 30 September (G30S) 1965, Soeharto lalu menjabat sebagai Presiden, menggantikan Soekarno.
"Museum itu dulu kantor nya Pangkostrad pertama. Siapa pangkostrad pertama yaitu Soeharto," ujarnya.
Di sana, tambah Edy Rahmayadi, Soeharto memerintahkan Letjen Sarwo Edhie Wibowo untuk melakukan pencarian para jenderal yang hilang.
"Nah pada saat itu Soeharto perintahkan Sarwo Edy untuk penumpasan, pencarian para jenderal yang hilang. Itulah ditemukan di Lubang Buaya. Nah sejarah itu tertulis. Di situlah digambarkan (Soeharto) mengeluarkan perintah, dan menyelamatkan Pak Nasution di situ tempatnya di kantornya pak Harto itu," bebernya.
Diketahui, pembongkaran sejumlah patung di Museum Angkatan Sharma Bhakti Markas Kostrad Jakarta menjadi sorotan.
Patung-patung yang dibongkar itu antara lain patung mantan Kepala Staf Angkatan Bersenjata Jenderal (Purn) TNI AH Nasution, mantan Panglima Kostrad Mayjen (Purn) TNI Soeharto, dan mantan Komandan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) Kolonel Inf (Purn) Sarwo Edhie Wibowo.
Panglima Kostrad (Pangkostrad) Letjen TNI Dudung Abdurachman mengatakan pembongkaran patung-patung itu merupakan permintaan dari sang penggagas patung yakni Pangkostrad ke-34 Letjen TNI (Purn) Azmyn Yusri Nasution.
Dudung membantah anggapan yang menyebut penarikan tiga patung tersebut berarti Kostrad melupakan sejarah pemberontakan G30S/PKI.