Ahli Klaim Vaksin Nusantara Cocok Jadi Booster Semua Merk

CNN Indonesia
Rabu, 06 Okt 2021 20:37 WIB
Tim Vaksin Nusantara Mayor Jenderal TNI (Purn.) Daniel Tjen (kiri) (ANTARA FOTO/Wira Suryantala)
Jakarta, CNN Indonesia --

Tim Vaksin Nusantara Mayor Jenderal TNI (Purn.) Daniel Tjen mengklaim vaksin Nusantara yang berbasis metode sel dendritik cocok digunakan sebagai booster vaksin atau vaksin dosis ketiga virus corona (covid-19) lainnya.

Ia menyebut, vaksin yang diprakarsai oleh mantan menteri kesehatan Terawan Agus Putranto itu merupakan vaksin autologous yang basisnya diambil dari darah individu dengan fokus pada pembentukan kekebalan seluler pada sel limfosit T. Dengan demikian, vaksin individu ini akan mampu menyesuaikan dengan platform lainnya.

"Karena sifat sel dendritik imunoterapi itu untuk memperkuat imunitas, maka kuat digunakan untuk menjadi vaksin booster apapun platform vaksin yang digunakan sebagai dasarnya," kata Daniel dalam acara daring, Rabu (6/10).

Daniel menyebut, sampai saat ini penelitian untuk menggabungkan berbagai macam platform vaksin masih terus dilakukan oleh peneliti dunia. Ia juga memahami bahwa vaksin covid-19 yang saat ini beredar masih mengalami penurunan imunitas 6-7 bulan pasca vaksinasi, seperti baru-baru ini yang dilaporkan terjadi pada vaksin Pfizer.

Untuk itu peneliti tim vaksin Nusantara menurutnya sejauh ini terus melakukan uji klinik fase II untuk mengetahui daya imunogenitas dengan memperbarui antigen-antigen yang digunakan dengan berbagai macam varian mulai Alfa hingga Delta.

Vaksin nusantara ini dalam teknisnya, setiap orang akan diambil sampel darahnya untuk kemudian dipaparkan dengan kit vaksin yang sel dendritik. Cara kerjanya, sel yang telah mengenal antigen akan diinkubasi selama 3-7 hari.

Hasilnya kemudian akan diinjeksikan ke dalam tubuh kembali. Di dalam tubuh, sel dendritik tersebut akan memicu sel-sel imun lain untuk membentuk sistem pertahanan memori terhadap Sars Cov-2.

"Vaksin covid-19 relatif baru usianya setahun lebih, sehingga kita tidak bisa tahu mana yang terbaik. Maka minimal diberikan waktu 5 tahun baru kita bisa menentukan mana yang terbaik," ujar Daniel.

Nasib vaksin Nusantara ditetapkan melalui nota kesepahaman alias MoU antara Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Kementerian Kesehatan dan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) pada 19 April lalu.

Dari MoU itu disepakati bahwa proses pengambilan sampel darah relawan di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta itu hanya dilakukan guna kepentingan penelitian dan pelayanan. Artinya, proses vaksin Nusantara ini bukan uji klinis vaksin untuk dimintakan izin edar oleh BPOM, melainkan hanya layanan kepada masyarakat.

(dal/khr/dal)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK