Suaka Sukma
di Tengah Gulita

Oleh:

Adi Maulana Ibrahim
Please rotate your device for better experience

Sepintas bangunan Yayasan Bina Tauhid Darul Miftahudin, Kabupaten Bogor, yang berdiri di lahan seluas 1.200 meter persegi terlihat seperti rumah pada umumnya.

Namun ruang-ruang di bangunan ini adalah suaka bagi mereka yang tengah berupaya mengembalikan jati diri. Seperti coretan di salah satu tembok kamar yang jadi pelepasan luka.

Para pengurus bukan hanya membantu warga binaan untuk membersihkan badan, tapi juga mengayomi dengan kasih sayang.

Di sini, pendekatan agama jadi inti proses penyembuhan. Lantunan selawat berkumandang di setiap sudut ruangan. Salat, dzikir, dan mengaji jadi obat lima waktu yang wajib ditelan.

Gelapnya jiwa perlahan diterangi dengan ayat-ayat suci dan kasih sayang.

Obat bukan satu-satunya jalan kesembuhan.

Metode ini dijalankan sejak 2010. Lebih dari 900 warga binaan kemudian bangkit dari kegelapan dan pulang dalam kondisi sehat.

Banyak dari mereka yang sembuh kemudian memutuskan tak pulang ke kampung halaman dan memilih mengabdi di sana. Saat ini 80% pengurus yayasan terdiri dari mantan warga binaan.

Mereka berjuang lepas dari jebakan dinamika kehidupan, lepas dari godaan candu narkotika, tekanan keluarga, kehilangan harta, hingga terhempas oleh cinta.

Salah satunya lewat gambar tangan. Seperti Rahmat, salah seorang warga binaan, yang telah menganggap yayasan sebagai rumah.

Atau, belajar kembali tata cara salat dengan baik dan benar.

Gangguan jiwa, menjadi label yang disematkan pada mereka. Stigma yang kadang menjadi vonis bagi sesama manusia.

Di tempat ini mereka diperlakukan sebagai manusia seutuhnya. Mencoba menciptakan rasa kasih dan peduli antar warga binaan.

Mengembalikan kembali relasi manusia dengan alam sebagaimana yang dialami Aisyah sehari-hari dengan kucing peliharaannya.

Tak ada kekangan dari pihak yayasan, mereka dibiarkan menjalani kehidupan dengan bebas dan mandiri.

Menjadikan mereka yang terjebak dalam gulita kembali nyala dan ada.

Masalah depresi atau kesehatan jiwa tak boleh dianggap enteng. Jika Anda mengalami krisis emosional, pernah memikirkan atau merasakan tendensi bunuh diri, atau mengenal orang-orang dalam kondisi itu, Anda disarankan menghubungi pihak yang bisa membantu.