DKI Evakuasi Batu Abad ke-18 ke Balai Budaya Condet

CNN Indonesia
Minggu, 31 Okt 2021 14:26 WIB
Objek Diduga Cagar Budaya (ODCB) berupa batu penggilingan dari abad ke-18 yang ditemukan di Jalan TB Simatupang langsung dibawa ke Balai Budaya Condet.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengevakuasi Objek Diduga Cagar Budaya (ODCB) berupa batu penggilingan dari abad ke-18. Batu tersebut ditemukan di Jalan TB Simatupang, Gedong, Pasar Rebo, Jakarta Timur. Ilustrasi (ANTARA FOTO/Seno/Asf/pd/15.)
Jakarta, CNN Indonesia --

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengevakuasi Objek Diduga Cagar Budaya (ODCB) berupa batu penggilingan dari abad ke-18. Batu tersebut ditemukan di Jalan TB Simatupang, Gedong, Pasar Rebo, Jakarta Timur.

Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, Iwan Henry Wardhana mengatakan ODCB batu penggilingan yang diperkirakan berusia ratusan tahun tersebut langsung dibawa ke Balai Budaya Condet.

"Ini merupakan upaya perlindungan dan penyelamatan agar objek lebih terlindungi, karena selama ini berada di trotoar jalan yang rentan rusak, baik karena cuaca atau tindakan vandalisme," ujar Iwan dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (30/10).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain di Jalan TB Simatupang, kata Iwan batu penggilingan juga ditemukan di Kelurahan Gedong, Kecamatan Pasar Rebo, dan Kelurahan Penggilingan, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur.

Di Cakung terdapat lima batu penggilingan yang ditemukan. Selanjutnya, batu itu akan dikonservasi melalui pembersihan dan dilakukan beberapa perbaikan bagian objek yang mengalami kerusakan.

Dinas Kebudayaan akan memberikan narasi yang berisi keterangan terkait sejarah batu penggilingan. Hal ini agar masyarakat yang datang ke Balai Budaya Condet dapat mengetahui sejarah dan cerita dari batu tersebut.

Selain diletakkan di Balai Budaya Condet, saat ini salah satu batu penggilingan lainnya juga berada di Museum Sejarah Jakarta.

Sebongkah batu diduga peninggalan bersejarah pada abad ke-18 diangkut dari sebuah trotoar di Jalan TB Simatupang, pada Kamis (28/10) lalu. Batu tersebut diduga bekas alat penggilingan tebu terkait aktivitas pabrik gula.

Sejarah Batu Penggilingan di Jakarta

Batu penggilingan merupakan alat pengolah tebu yang diperkirakan digunakan pada abad ke-17-18 Masehi. Dalam tulisan Haan (1935: 323-324), terdapat istilah suikermolen yang berarti pabrik pembuatan gula.

Pada abad ke-18, istilah pabrik pembuatan gula ini merujuk pada pabrik gula dengan peralatan tradisional sederhana yang menggunakan batu untuk menggiling tebu.

Mengutip keterangan tertulis Pemprov DKI, gula menjadi salah satu komoditas penting pada masa itu untuk perdagangan di dunia. Batavia merupakan salah satu daerah penghasil gula, dan hasilnya diekspor ke China dan Jepang.




Produksi gula di Batavia dilakukan oleh orang-orang China yang bermukim di wilayah Pecinan. VOC kemudian membuat ketetapan bahwa gula di Batavia wajib dijual kepada VOC, tidak boleh diperjualbelikan kepada pihak lain.

Tahun 1710 menjadi puncak kejayaan produksi gula di Batavia, lantaran terdapat 130 pabrik pembuat gula yang dimiliki oleh orang China, sebagian besar berada di sekitar Sungai Ciliwung. Namun, beberapa puluh tahun kemudian produksi gula menurun. Pabrik gula juga menyusut.

Batu penggilingan biasa disebut warga setempat sebagai batu kiser. Setelah menurunnya produksi tebu di Batavia dan keluarnya orang-orang China dari Batavia pada 1740.

Mereka mulai mendirikan bentengan-bentengan dengan pagar tinggi yang disebut China Benteng. Salah satunya, membuat pabrik penggilingan tebu untuk dijadikan gula pasir di wilayah Cakung.

Asal usul nama Kampung Penggilingan juga berasal dari batu penggilingan tersebut. Dahulunya, nama kampung ini adalah Kampung Cakung yang terkenal dengan sebutan Kampung Gula.

(dmi/fra)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER