Pemerintah terus menggenjot vaksinasi lansia terus digenjot bekerja sama dengan berbagai elemen masyarakat. Hal ini lantaran diakui pemerintah capaian vaksinasi terhadap lansia belum sesuai harapan.
Padahal, kelompok ini berisiko tinggi mengalami gejala yang lebih berat saat terpapar virus Covid-19. Karena itu pemerintah memastikan akan berupaya menjemput bola dalam vaksinasi untuk lansia guna mencapai target yang ditetapkan.
Demikian dikatakan Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi dalam Dialog Produktif Media Center Forum Merdeka Barat 9 (FMB 9) - KPCPEN, Kamis (11/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Targetnya, minimal dosis pertama dikejar sampai akhir Desember 2021. Karena kita tahu, kesakitan dan kematian pada usia di atas 59 tahun meningkat 6-7 kali lebih tinggi daripada non lansia," katanya.
Nadia menjelaskan kelompok lansia selalu menjadi prioritas vaksinasi Covid-19, termasuk di Indonesia yang telah memulai vaksinasi lansia sejak Maret 2021.
Namun hingga saat ini, baru 43% sasaran vaksinasi lansia mendapatkan dosis pertama. Hal ini justru berbanding terbalik dengan capaian vaksinasi secara umum, di mana 61% sasaran sudah tervaksinasi, sehingga kurang sekitar 40% yang harus dikejar.
"Capaiannya belum sesuai harapan, disebabkan beberapa hal seperti hambatan akses serta faktor informasi yang keliru. Sementara, kelompok ini berisiko tinggi mengalami gejala yang lebih berat saat terpapar virus Covid-19," ujarnya.
Nadia menjelaskan, kelompok lansia tidak perlu khawatir karena vaksin Covid-19 sudah melalui uji klinis, sangat aman dan efek sampingnya kecil. Pada hasil uji klinis, usia tidak mempengaruhi KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi).
"Justru vaksin Covid-19 ini ditujukan bagi lansia dan orang yang punya komorbid, karena itulah kelompok yang terbanyak terdampak dengan sakit parah bahkan kematian," paparnya.
Menurutnya, jika target vaksinasi tidak tercapai, maka Indonesia tidak bisa seutuhnya membentuk kekebalan kelompok.
Dia menjelaskan wilayah dengan cakupan vaksinasi di atas 70%, situasi pandemi dapat beralih ke endemi, sehingga kasus akan sangat rendah.
Sementara, di daerah yang belum mencapai target vaksinasi, maka seperti halnya cakupan vaksinasi imunisasi rutin, pada daerah tersebut potensi kejadian luar biasa pasti akan mudah terjadi dan akan mengganggu kabupaten kota lainnya.
"Kita tidak akan bisa keluar dari pandemi bila target sasaran vaksinasi belum tercapai," tegasnya.
Mengenai vaksin booster, Nadia menyebutkan bahwa hal tersebut sudah menjadi bagian dari perencanaan perlindungan masyarakat dan sudah dilaksanakan pada tenaga kesehatan.
Diketahui, seiring waktu, imunitas akan berkurang dan munculnya turunan varian Delta selalu mengancam.
"Sehingga perlu adanya vaksin tambahan untuk memperkuat imunitas, antibodi yang sudah terbentuk dari vaksin satu dan dua," ujarnya.
(osc)