Diketahui, Presiden Joko Widodo meresmikan Sirkuit Internasional Jalan Raya Mandalika di Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), Jumat (12/11). Momentum itu bertepatan ketika Banjir Sintang belum surut. Kemudian, pada Selasa (17/11), Jokowi meresmikan jalan tol Serang-Panimbang seksi I ruas Serang-Rangkasbitung di Gerbang Tol Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten pada Selasa, 16 November 2021.
Di lokasi itu, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono menyebut Jokowi sudah dijadwalkan pula bakal meninjau banjir di Sintang, Kalimantan Barat (Kalbar). Namun sebelum Jokowi, ia akan terlebih dulu ke Sintang pada Kamis (18/11).
Basuki menyebut kunjungannya ke Sintang untuk memantau langsung keadaan terkini. Itu juga dilakukan untuk mengatur jadwal kedatangan Sang Presiden ke Sintang. Ia menyebut Jokowi telah menyatakan akan berkunjung ke Sintang usai kunjungan Basuki.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya baru akan ke sana lusa karena besok ada sidang Kabinet Paripurna sehingga saya ke sana Kamis," kata dia kepada wartawan di Serang, Banten, Selasa (16/11).
Pada Senin lalu, ketika ramai pertanyaan kapan Jokowi ke Sintang yang salah satunya terpicu sentilan Fadli Zon, Ubed mengatakan tak sepatutnya pemimpin negara hanya mementingkan kulit semata. Namun, lebih urgen untuk melakukan hal substantif seperti kerusakan lingkungan hingga penderitaan rakyat akibat banjir di Sintang.
Baginya, seorang pemimpin harus memiliki tanggung jawab moral yang besar. Bila rakyat kesulitan, maka harus hadir untuk membantunya dengan baik.
"Memimpin negara jangan mementingkan kulit. Itu sesuatu yang artificial. Jangan artificial aja, harus bergeser pada agenda substantif. Bagaimana betul-betul menyelamatkan lingkungan hidup dan bagaimana menjalankan demokrasi substantif. Memedulikan rakyat. Itu agenda utama," kata Ubed.
Senada peneliti komunikasi politik dari Universitas Padjadjaran (Unpad), Kunto Adi Wibowo, menilai langkah Jokowi yang belum ke Sintang karena tengah menjaga citranya agar tak rusak.
Ia mengatakan bahwa Jokowi pasti memerintahkan bawahannya untuk mencari solusi terbaik mengatasi banjir Sintang. Bila solusi berhasil, ia memprediksi Jokowi pasti hadir turun ke Sintang.
"Dalam artian akan rusak citra Jokowi kalau ke sana tapi banjir belum surut-surut. Dia ke sana tapi 3 minggu lagi belum surut ngapain ke sana. Ya ngapain. Jadi Pak Jokowi mungkin mempersiapkan tim di belakangnya untuk menyiapkan solusi yang tepat, kemudian turun," kata pengajar di Fakultas Ilmu Komunikasi Unpad tersebut.
Lihat Juga : |
Kunto lantas menjelaskan citra diperlukan bagi seorang pemimpin atau elite politik. Citra baik, kata dia, tentu akan berdampak pada legitimasi yang baik pula di hadapan rakyat.
Baginya, Presiden memerlukan legitimasi untuk membangun kepercayaan masyarakat terhadap pelbagai hal yang dilakukannya saat memimpin.
"Kalau citranya jelek, ya legitimasi jelek. Kalau jelek, nanti pak Jokowi punya program apa. Rakyat ragu. 'Aaah apa ngatasin banjir aja enggak bisa'. Kan gitu," kata Kunto.
(rzr/kid)