ANALISIS

Omicron, Nataru dan Berani Malu Pemerintah Terapkan PPKM Kembali

CNN Indonesia
Jumat, 17 Des 2021 13:53 WIB
Epidemiolog-tenaga kesehatan meminta pemerintah lebih tegas dalam menelurkan dan melaksanakan keputusan baru terkait Covid-19 pascakasus omicron diumumkan.
Ilustrasi. Pemerintah telah mengumumkan temuan pertama kasus Covid-19 varian Omicron di Indonesia. (REUTERS/DADO RUVIC)

Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman memprediksi penularan Covid-19 varian Omicron sudah terjadi di komunitas. Menurutnya kemungkinan penularan Omicron terjadi karena satu kasus telah ditemukan di pusat karantina Covid-19 yakni Wisma Atlet.

Dicky menilai penularan Covid-19 varian Omicron dimungkinkan terjadi, hanya saja kasus tersebut belum ditemukan karena deteksi yang minim.

"Bagaimanapun potensi penularan di komunitas ini kan masalah waktu ya, karena potensial sekali bisa menular," kata Dicky kepada CNNIndonesia.com, Kamis (16/12).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia juga turut menyinggung perihal temuan Kemenkes yang menyebut kasus Covid-19 varian Omicron terdeteksi pada seorang pekerja pembersih yang tidak memiliki rekam jejak bepergian keluar negeri.

Sementara Covid-19 varian Omicron bukan transmisi lokal dari dalam negeri. Dugaan Dicky, ada pasien di Wisma Atlet yang menjalani isolasi mandiri dan menularkan Omicron pada seorang petugas.

"Sehingga surveilans kasus, tracing kontak erat dengan siapa saja jangan nunggu lama, semuanya harus diperiksa. Mungkin satu lantai [Wisma Atlet] harus diperiksa," kata Dicky.

Kendati menduga penularan Covid-19 varian Omicron di komunitas sudah terjadi, Dicky mengimbau masyarakat tidak panik dan tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan.

Sementara pemerintah diminta harus bergerak cepat melakukan pemeriksaan untuk mencari tahu kasus Covid-19 varian Omicron.

Dicky juga menyebut tak perlu menggunakan metode whole genome sequencing (WGS) karena membutuhkan waktu lama, cukup dengan screening menggunakan tes PCR berbasis sistem SGTF (S-gene target failure).

Reagen PCR SGTF bisa mendeteksi kemungkinan Covid-19 varian Omicron karena menunjukkan semacam mark atau tanda pada hasil tes. Reagen ini juga bisa menunjukkan hasil dalam hitungan jam, berbeda dengan WGS yang membutuhkan 5-7 hari.

"Kalau reagennya mendeteksi Omicron, iya sudah dianggap Omicron, tidak perlu pakai WGS lagi yang bisa seminggu hasilnya," ujar Dicky.

Kasatgas Covid-19 IDI Sindir Aturan Karantina

Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban menyinggung perihal efektivitas karantina usai temuan pertama Omicron di tempat isolasi terpusat tersebut. Belum lama ini kebijakan karantina memang menjadi sorotan setelah selebgram Rachel Vennya diketahui tak menjalani karantina di Wisma Atlet usai pulang dari luar negeri.

Menurutnya karantina tetap diperlukan meski tidak sepenuhnya menghambat penularan Covid-19.

"Karantina dan lolosnya Omicron: Karantina itu meminimalkan penularan, tidak 100 persen menghambat. Amerika itu [karantina] seminggu ternyata masih bobol, sepuluh hari tentu lebih baik," kata Zubairi melalui akun Twitternya, Jumat (17/12).

CNNIndonesia.com telah mendapatkan izin untuk mengutip cuitan tersebut.

Zubairi kemudian menyinggung masa inkubasi virus atau masa perkembangan Covid-19 dalam tubuh seseorang berbeda-beda. Selain itu dia mengatakan tetap ada kemungkinan false negatif atau hasil palsu dari pemeriksaan.

Dia juga menyinggung perihal uang Rp40 juta. Sorotan Rp40 juta itu terkait fakta yang telah dibuka Rachel di pengadilan, bahwa dia menggunakannya untuk membayar ke pihak tertentu agar lolos karantina.

"Masa inkubasi virus dapat bervariasi untuk tiap orang. Kemungkinan false negative ya, atau Rp40 juta," ucap Zubairi.

Lebih lanjut pakar IDI ini mengatakan karantina baru akan efektif ketika orang patuh pada aturan tersebut dan dilakukan pengawasan yang ketat.

"Meski aturan bagus, bakal percuma kalau ada cawe-cawe di belakangnya, Semoga, kasus pertama Omicron ini jadi momentum perbaikan bagi kita semua. Itu harapan saya," tutur Zubairi.

(kid/yoa, mln/kid)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER