Pakar Nilai RI Berpotensi 5 Besar Dunia Kontributor Gas Rumah Kaca

CNN Indonesia
Rabu, 22 Des 2021 01:15 WIB
Pakar menilai Indonesia bisa menjadi lima besar negara kontributor gas rumah kaca (GRK) di dunia dengan paradigma industri dan kebijakan terkait saat ini.
Kondisi langit Jakarta, Jumat, 8 Oktober 2021. (CNN Indonesia/ Adhi Wicaksono)

Greenpeace Indonesia menilai permasalahan lainnya dari penambahan PLTU yakni kelebihan suplai pasokan listrik. 90 persen dari 13,8 gigawatt diproyeksikan akan dihasilkan di Jawa dan Sumatera. Padahal, kata Juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia Adila Isfandiari, dua provinsi tersebut sudah kelebihan suplai.

"Di Jawa itu angkanya mencapai 46 persen di 2020, dan di Sumatra oversupply-nya mencapai 55 persen. Jadi penambahan PLTU batubara tidak akan menyelesaikan oversupply tersebut," katanya.

IPCC merekomendasikan 50 persen energi di 2030 harus berasal dari energi terbarukan. Namun, jika.dilihat dari capaian bauran energi terbarukan di Indonesia, Adila pesimis target itu akan tercapai.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Adila menjabarkan, porsi energi terbarukan itu tidak sampai setengahnya dari porsi energi batubara. Pada 2025 mendatang, capaian perkembangan energi terbarukan diprediksi 23 persen. Lalu, di 2030 diprediksiakan mencapai 27 persen.

"Jadi masih jauh nih dari rekomendasi IPCC. Di tahun 2030 rekomendasinya 50 persen dari energi terbarukan. Tapi masih jauh. Kenapa? Karena kita masih di situasi oversupply listrik," jelas dia.

Di satu sisi, Greenpeace menilai Indonesia mempunyai potensi yang besar untuk mengembangkan energi terbarukan terutama energi surya. Berdasarkan penelitian dari Carbon Tracker Initiative, di tahun 2030 itu akan lebih murah membangun PLTS baru dibanding mengoperasikan PLTU yang sudah ada.

"Karena banyak sekali biaya tambahan dan harga batubara akan semakin mahal. Disini kita melihat, transisi energi merupakan keharusan," ucapnya.

Adila mengingatkan penambahan PLTU dan rendahnya bauran energi terbarukan secara langsung akan berdampak pada kenaikan suhu bumi. Ia menyebut, saat ini saja kenakan suhu bumi sudah 1 derajat celcius, namun sudah menyebabkan ribuan bencana hidrometeorologi.

"Misalkan kita lihat dari datanya, dari BNPB sendiri, dari tahun 2021 mengalami 2.853 bencana dan 85 persen bencana hidrometeorologi," ucapnya.

"Ini semua terjadi pada saat temperatur di bumi kita 1,1°C. Bayangkan kalau misalnya itu meningkat 2 derajat, 3 derajat, pastinya akan lebih masif lagi bencana iklim yang kita hadapi," imbuhnya.

(cfd, yla/kid)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER