Jokowi Ungkap Pernah Dibisiki Papua Lepas Jika RI Akuisisi Freeport

Presiden Joko Widodo mengaku sempat ditakut-takuti soal Papua akan lepas dari Indonesia. Ia mendapat kabar itu saat Indonesia hendak mengakuisisi 51 persen saham PT Freeport Indonesia pada 2018.

Jokowi mengatakan banyak informasi menakutkan yang diterima pemerintah saat itu. Bahkan, ada menteri yang sempat ragu dengan rencana itu.

Lihat Juga : Jokowi Kenang Akuisisi Freeport: Jangan Cuma Tukang Gali Saja

"Waktu kita mau ambil Freeport kembali, mayoritas informasi yang saya terima memang semuanya menakutkan, menakutkan semuanya. Nanti Papua akan goncang, Papua akan lepas, Amerika akan marah," kata Jokowi dalam peringatan hari ulang tahun Partai Solidaritas Indonesia (PSI) di Jakarta, Rabu (22/12).

Jokowi menyebut akhirnya semua hal menakutkan itu tidak terjadi. Dia berkata selama ini Indonesia terlalu banyak terjebak pada ketakutan yang belum tentu benar.

Mantan Wali Kota Solo itu bilang keputusannya mengambil alih Freeport tidak salah. Bahkan, Indonesia sudah untung dari pembelian tahun 2018 tersebut.

"Kalau kita mau lepas lagi, kita untungnya gede banget, sudah balik, tapi ndak (akan dijual lagi), sudah mayoritas. Yang menentukan kita," ucap Jokowi.

Jokowi berkata saat ini Indonesia memetik buah dari kebijakan tersebut. Indonesia bisa menentukan arah kebijakan perusahaan tambang di Papua itu.

"Dulu disuruh bikin smelter saja bertahun-tahun geleng-geleng terus. Sekarang enggak bisa, kita sudah 51 persen. Bikin smelter, nyatanya saya perintah, di Gresik sudah langsung dimulai karena memang pemiliknya kita sekarang," tuturnya.

Lihat Juga : Kubu Prabowo: Jokowi Beli Saham Freeport Pakai Dana Asing

Sebelumnya, Pemerintah Indonesia mengakuisisi saham mayoritas PT Freeport Indonesia pada 2018. Mayoritas saham perusahaan itu sebelumnya dimiliki oleh PT Freeport McMoran.

Saat itu, pemerintah lewat BUMN PT Inalum mengakuisisi Freeport dengan dana US$ 3,85 miliar atau Rp 55,8 triliun. Indonesia pun memiliki 51 persen saham perusahaan tambang di Papua tersebut.