Ketua Satgas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Zubairi Djoerban mengaku prihatin dan cemas terkait nasib para periset di Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman yang kini resmi melebur ke dalam Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Kecemasan itu Zubairi sampaikan melalui cuitan di akun Twitter pribadi miliknya @ProfesorZubairi pada Minggu (2/1). CNNIndonesia.com telah diberi izin mengutip unggahan Zubairi tersebut.
"Prihatin dan cemas melihat kondisi Eijkman dan orang di dalamnya saat ini. Eijkman adalah sejarah. Warisan ilmiah. Salah satu yang terbaik dengan banyak publikasi internasional, sepatutnya dihormati," kata Zubairi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Zubairi kemudian meminta agar proses peleburan ke dalam BRIN dan berubah nama Pusat Riset Biologi Molekuler (PRBM) Eijkman itu harus tetap mempertahankan profesionalitas dan integritas para peneliti yang sudah terbukti dari dulu hingga beberapa tahun terakhir semasa pandemi Covid-19.
LBM Eijkman diketahui banyak berperan dalam mendeteksi dan melakukan penelitian virus SARS-CoV-2, termasuk penelitian plasma konvalesen dan pengembangan vaksin Merah Putih yang notabenenya merupakan vaksin karya anak bangsa.
"Manajemen baru harus mempertahankan cara kerja Eijkman yang sudah terbukti itu," ujar Zubairi.
Perihal nasib ratusan periset non ASN LBM Eijkman yang dinonaktifkan, Kepala BRIN Laksana Tri Handoko tak menampik bahwa terdapat pemberhentian sejumlah periset Eijkman.
Namun demikian, Laksana memberikan lima opsi kepada keberlanjutan nasib periset Eijkman. Sejumlah opsi itu menurutnya juga telah dibahas dalam forum resmi yang dihadiri para periset Eijkman.
Opsi pertama yakni, para PNS Periset dilanjutkan menjadi PNS BRIN sekaligus diangkat sebagai Peneliti. Opsi kedua, honorer periset usia di atas 40 tahun dan S3, dapat mengikuti penerimaan ASN jalur PPPK 2021.
Selanjutnya, opsi ketiga, honorer periset usia kurang dari 40 tahun dan S3 dapat mengikuti penerimaan ASN jalur PNS 2021. Opsi keempat, honorer periset non S3 dapat melanjutkan studi dengan skema by-research dan research assistantship (RA).
Adapun yang tidak tertarik untuk melanjutkan studi, maka sebagian tim periset dapat melanjutkan aktivitas sebagai operator laboratorium di Cibinong, Jawa Barat.
Sementara itu, opsi kelima yakni honorer non-periset diambil alih RSCM sekaligus mengikuti rencana pengalihan gedung LBM Eijkman ke RSCM sesuai permintaan Kementerian Kesehatan yang memang memiliki aset tersebut sejak awal.