Mantan Direktur Badan Kesehatan Dunia (WHO) Asia Tenggara Tjandra Yoga Aditama membeberkan sejumlah indikasi sebagian masyarakat di Indonesia telah memiliki 'Super-Immunity', atau tingkat kekebalan tubuh terhadap Covid-19 yang lebih baik.
Salah satunya, menurut Yoga, lantaran kasus virus corona (Covid-19) mengalami pelandaian dalam 4-5 bulan terakhir.
Ia menjelaskan Super-Immunity berhubungan dengan kekebalan kelompok yang didapatkan dari orang yang terinfeksi Covid-19 kemudian mendapatkan vaksinasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Data menunjukkan bahwa kalau mereka kemudian sesudah sembuh, mendapat vaksinasi lagi maka imunitasnya akan tumbuh menjadi lebih baik lagi, dan inilah yang belakangan ini banyak disebut sebagai Super-immunity atau nama lainnya hybrid immunity," kata Yoga dalam keterangan tertulis kepada CNNIndonesia.com, Jumat (7/1).
Yoga melanjutkan, laporan awal penelitian pada jurnal 'Nature' di akhir 2021 menunjukkan serum darah warga yang pernah terinfeksi dan kemudian divaksinasi punya kemampuan lebih baik dalam mentralisir beberapa varian Covid-19.
Bahkan, menurutnya, antibodi tersebut lebih baik dari mereka yang mendapat vaksin Covid-19 tapi belum pernah terinfeksi.
Kendati begitu, studi juga menyebutkan bahwa pemberian vaksin dosis tiga atau booster memberi perlindungan Super-immunity pada mereka yang belum pernah positif Covid.
"Namun perlu dipahami bahwa bukan berarti sebaiknya orang dapat sakit saja, lalu kemudian divaksin. Ini pendapat yang salah, karena jatuh sakit seseorang tentu punya berbagai risiko besar bagi kesehatan dan bahkan mungkin juga kehidupan," kata dia.
Pakar ilmu kesehatan dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) ini juga mewanti-wanti bahwa jangan kemudian kondisi ini dianggap benar-benar super, karena ada peluang efektivitas vaksin berkurang seiring waktu.
Hal ini terlihat dari jurnal JAMA akhir 2021 yang menyebutkan ada beberapa kasus orang yang telah divaksin Covid-19 tetap terinfeksi, tapi setidaknya vaksin memberi perlidungan yang baik.
"Dengan berbagai perkembangan ilmu yang ada maka pesan utamanya tetaplah jelas, segeralah mendapat vaksinasi yang lengkap," kata dia.
Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 menyebut berdasarkan survei seroprevalensi setidaknya 86,6 persen populasi di sejumlah daerah Indonesia sudah memiliki antibodi Covid-19 yang baik.
Seroprevalensi yang dimaksud adalah survei dan penelitian yang dilakukan untuk menghitung jumlah individu dalam suatu populasi yang menunjukkan hasil positif untuk penyakit tertentu berdasarkan spesimen serologi atau serum darah.
Pemeriksaan acak itu dilakukan oleh Kemenkes, Kementerian Dalam Negeri, dan sejumlah tim peneliti dari perguruan tinggi di Indonesia.
Penelitian ini menyasar subjek sasaran warga di 34 provinsi atau sekitar 1.000 desa di Indonesia, dan juga sejumlah wilayah aglomerasi sepanjang November-Desember 2021.
"86,6 Persen populasi yang daerahnya disurvei telah memiliki antibodi SARS-CoV-2 baik karena telah terinfeksi sebelumnya atau karena vaksinasi. Dan 73,2 persen populasi dari daerah yang disurvei ternyata memiliki antibodi padahal belum pernah terdeteksi positif maupun tervaksinasi Covid-19," kata Wiku beberapa waktu lalu.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi juga menyatakan kemungkinan besar Indonesia sudah layak disebut mengalami Super-immunity usai kekebalan kelompok masyarakat terhadap virus corona sudah terbentuk cukup tinggi.
"Kita melihat bahwa ada masyarakat yang terinfeksi pada saat varian Delta yang lalu, tapi kemudian juga mendapat vaksinasi. Jadi apa yg disebut sebagai Super-immunity itu, itu mungkin yang terjadi," kata Nadia.
Kendati demikian, Nadia mengingatkan bahwa kombinasi strategi testing, tracing, treatment (3T). Kemudian kepatuhan masyarakat dalam memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas (5M), serta program vaksinasi masih menjadi jurus jitu mengendalikan pandemi di Indonesia.
(kha/vws)