Epidemiolog Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman menilai kemungkinan besar lonjakan kasus varian SARS-CoV-2 B.1.1.529 atau Omicron yang diprediksi terjadi pada Februari mendatang akan lebih tinggi dua kali lipat dari lonjakan kasus varian Delta yang sempat menyerang Indonesia Juli 2021 lalu.
Prediksi itu ia ungkapkan lantaran karakteristik varian Omicron di mayoritas negara menunjukkan sifat penularan yang cepat dan eksponensial dibandingkan varian Covid-19 lainnya.
"Di Februari-Maret menjadi prediksi paling kuat, dan bisa jadi kasus Omicron bisa lebih banyak dari Delta, bisa dua kali setidaknya dari Delta," kata Dicky kepada CNNIndonesia.com, Rabu (12/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dicky juga menilai kondisi itu kemungkinan akan tidak nampak alias laporan pemerintah tidak sebanyak itu lantaran kemampuan surveilans Indonesia masih belum maksimal. Ia menambahkan, sebaran kasus Omicron di Indonesia ibarat fenomena puncak gunung es.
Apabila membandingkan prediksi tersebut, sebagaimana diketahui kasus harian Covid-19 akibat serangan varian Delta pada Juli lalu tembus rekor tertinggi 56.757 kasus pada 15 Juli 2021. Dengan demikian, Dicky memprediksi kemungkinan penambahan kasus Covid-19 harian di Indonesia kala Omicron bisa mencapai 100 ribu kasus lebih.
"Omicron akan progresif, cepat, dan durasinya memang tidak selama Delta. Namun yang menjadi masalah kita, kembali pada kemampuan deteksi kita. Seberapa banyak yang bisa kita deteksi, itu yang menjadi masalah," kata dia.
Dicky juga memprediksi jumlah lonjakan kasus Omicron di Indonesia akan terjadi secara bergiliran. Awalnya terjadi di Pulau Jawa-Bali lantaran jumlah penduduk dan mobilitas masyarakat yang tinggi, dan selanjutnya akan merambat di pulau-pulau lainnya.
Meski begitu, besar harapan kasus Omicron di Indonesia tidak menyebabkan fasilitas kesehatan nyaris kolaps, seperti yang terjadi pada Juli 2021. Omicron, lanjut Dicky, memiliki potensi perburukan gejala yang kecil.
"Kita negara kepulauan, jadi artinya Pulau Jawa-Bali duluan, nanti kemudian bergulir ke Sumatera, Kalimantan, dan seterusnya. Ini tentu karakteristik demografi yang akan mewarnai kurva pandemi gelombang ketiga kita," ujar Dicky.
Kementerian Kesehatan mencatat kasus varian Omicron di Indonesia terus mengalami peningkatan. Per 10 Januari terjadi penambahan 92 kasus Omicron, sehingga secara keseluruhan saat ini terdapat 506 kasus warga yang terkonfirmasi terpapar varian Omicron.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) Kemenkes Siti Nadia Tarmizi sebelumnya juga memperkirakan puncak kasus virus corona di Indonesia akan terjadi pada awal hingga pertengahan Februari 2022. Lonjakan kasus itu bahkan diprediksi bisa mencapai 60 ribu kasus dalam sehari.
(khr/ain)