Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 5 Kota Bandung mengonfirmasi belasan siswa terpapar Covid-19 setelah dilakukan pengetesan dengan menelusuri kontak erat salah satu siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran tatap muka (PTM).
Atas temuan tersebut, SMAN 5 Bandung menghentikan PTM 100 persen bagi siswa dan mengalihkannya pada pembelajaran jarak jauh (PJJ).
Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas di SMA Negeri 5 Bandung Amat Misnadi mengatakan, ada sekurangnya 12 siswa terpapar Covid-19 di sekolahnya. Mulanya satu siswa yang mengeluh tidak enak badan saat kegiatan PTM 100 persen di sekolahan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pada Kamis (27/1), kami mendapati seorang anak datang ke sekolah dengan menggunakan jaket. Sesuai SOP, sudah kami larang anak itu untuk tidak menggunakan jaket. Ketika dikonfirmasi, anak itu sakit dan kami dorong untuk anak itu pulang," kata Amat kepada wartawan di Bandung, Kamis (3/2).
Adapun siswa tersebut diketahui enggan pulang karena khawatir tertinggal mata pelajaran. Pihak sekolah pun memahami keinginan siswa untuk bersekolah tatap muka.
"Sorenya yang bersangkutan mendapat penanganan medis. Ternyata dinyatakan positif Covid-19," ucap Amat.
Menurut Amat, pihaknya langsung melakukan tracing atau pelacakan kontak erat kepada siswa dan guru di lingkungan SMA Negeri 5 Bandung. Sampai dengan hari ini didapati 12 orang positif dari kontak erat.
"Sejak Kamis, kemudian kami lakukan tracing oleh Satgas Covid-19 SMAN 5 Bandung dan didapati sampai Minggu itu tujuh orang. Kemudian Senin-Rabu sampai tadi siang jam 2 sudah ada 12 orang (positif covid-19)," ungkapnya
Lebih jauh Amat menjelaskan, para siswa yang terkonfirmasi ada yang bergejala dan tanpa gejala. Kuat dugaan penyebaran Covid-19 di SMA Negeri 5 Bandung dimulai dari adanya kegiatan ekstrakurikuler.
"Kalau yang satu kelas itu ada jumlahnya 6-7 orang. Kemudian, setelah dilihat lagi ada kemungkinan terjadi penularan di ekskul," ucapnya.
Lihat Juga : |
Amat mengatakan, kegiatan ekstrakurikuler di sekolah belum diizinkan. Hanya saja, para siswa ini menggelar pertemuan ekstrakurikuler di luar sekolah yang luput dari pengawasan sekolah.
"Sebetulnya (kegiatan) ekskul di kami belum diperbolehkan. Kalaupun ada, semua pembina ada di situ hadir. Nah yang ini mereka pertemuannya di luar sekolah, jadi kami agak sulit untuk mengontrol," ujarnya.
(hyg/ain)