BOR Nasional Naik, DKI dan Bali Tertinggi di Atas 50 Persen

CNN Indonesia
Jumat, 11 Feb 2022 11:31 WIB
BOR isolasi DKI mencapai 58 persen serta ICU 41 persen. Kemudian Bali dengan keterisian isolasi 52 persen dan keterisian ICU 40 persen.
Ilustrasi ruangan ICU RS di tengah pandemi covid-19. (REUTERS/KIM HONG-JI)
Jakarta, CNN Indonesia --

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat tingkat keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) ruangan isolasi untuk perawatan pasien terpapar virus corona (Covid-19) gejala ringan-sedang di Indonesia sudah mencapai 29 persen.

Hal itu diketahui berdasarkan data laporan harian terkini Kemenkes per 10 Februari 2022. Dari 76.918 tempat tidur isolasi Covid-19 di 34 provinsi yang tersedia, 22.003 di antaranya telah terpakai.

Sementara untuk keterisian ruangan Intensive Care Unit (ICU) untuk perawatan pasien Covid-19 gejala berat hingga kritis sudah mencapai 18 persen. Atau dapat dikatakan, dari 8.245 tempat tidur di ruangan ICU yang tersedia, 1.499 di antaranya telah terpakai.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari keseluruhan data itu, Kemenkes juga menyoroti dua provinsi dengan keterisian rumah sakit, baik perawatan isolasi dan ICU yang tinggi dibandingkan provinsi lainnya di Indonesia. Dua provinsi itu yakni DKI Jakarta dengan BOR rumah sakit rujukan isolasi Covid-19 mencapai 58 persen, serta ICU 41 persen. Kemudian Bali dengan keterisian isolasi 52 persen, dan keterisian ICU 40 persen.

Adapun provinsi selanjutnya dengan rata-rata tingkat keterisian tempat tidur baik isolasi dan ICU di rumah sakit Covid-19 tertinggi adalah Banten dengan 42 persen. Disusul Jawa Barat 38 persen, DI Yogyakarta dan Jawa Tengah yang masing-masing keterisiannya 23 persen, serta Sumatera Selatan 22 persen.

Kemudian masing-masing keterisian 19 persen terjadi di Jawa Timur, Kalimantan Selatan dan Nusa Tenggara Barat, dan 18 persen terjadi di Lampung. Lalu keterisian 17 persen di Papua Barat dan Sulawesi Tenggara. Selanjutnya, keterisian 16 persen terjadi di Bengkulu, disusul Sulawesi Utara 14 persen, Papua 13 persen, dan Kalimantan Tengah 12 persen. Kemudian masing-masing 11 persen di Kalimantan Timur dan Sumatera Utara.

Kemenkes juga mencatat keterisian tempat tidur rujukan pasien Covid-19 di provinsi Jambi berada di 8 persen. Kemudian 9 persen di masing-masing provinsi, yakni Maluku, Riau, dan Kepulauan Riau. Kepulauan Bangka Belitung, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, dan Sumatera Barat dengan keterisian RS isolasi maupun ICU Covid-19 sebesar 8 persen. Lalu Maluku Utara 5 persen.

Dilanjutkan dengan tiga provinsi dengan BOR rumah sakit rujukan Covid-19 4 persen, yakni terjadi di Sulawesi Tengah, Kalimantan Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Kemudian keterisian 3 persen di Kalimantan Utara. Serta masing-masing 2 persen di Aceh dan Gorontalo.

Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Siti Nadia Tarmizi sebelumnya meminta agar masyarakat terpapar Covid-19 yang tidak mengalami sesak napas, saturasi oksigen di atas 95 persen, dan tidak memiliki penyakit penyerta alias komorbid yang berbahaya untuk melakukan isolasi mandiri di rumah.

"Kita tidak perlu panik harus ke rumah sakit, dan akhirnya menambah beban di rumah sakit. Bukan hanya kemudian pasien banyak, tenaga kesehatan juga lebih lelah karena harus menangani begitu banyak kasus," kata Nadia dalam konferensi pers, Kamis (11/2).

Nadia kemudian juga mengingatkan agar masyarakat tetap menjaga protokol kesehatan 5M, di antaranya yakni memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan membatasi mobilitas. Selain itu, warga diminta untuk segera mengakses layanan vaksinasi di fasilitas kesehatan.

Mantan Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) Kemenkes itu sekaligus mewanti-wanti dalam waktu dekat lonjakan Covid-19 akan terus terjadi di Indonesia akibat melonjaknya kasus dan sebaran varian SARS-CoV-2 B.1.1.529 atau Omicron di Indonesia.

"Kita tahu bahwa beberapa daerah di Jawa-Bali sudah melampaui puncak Delta pada Juni-Juli 2021. Dan kita akan melihat tren terjadinya peningkatan sampai kita pada prediksi bahwa di akhir Februari atau awal Maret 2022 ini merupakan puncak kasus yang bisa diprediksi 3-6 kali lebih tinggi dari Delta," pungkas Nadia.

(khr/ain)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER