Sumiyati (42), warga Penjaringan, Jakarta Utara, sengaja menaruh jeriken yang terbuka atau ember besar di luar rumahnya saat hari mulai hujan. Air itu dia kumpulkan demi menghemat pengeluaran uang untuk mencuci baju.
"Aku masih beli air jerikenan. Kalau nyuci itu bisa sampe Rp50 ribu," kata dia, saat ditemui di warungnya, di sebuah gang di Jalan Kakap, RW.17, Penjaringan, Senin (24/1).
Air itu diperolehnya dari warga yang sudah berlangganan jaringan Perusahaan Air Minum (PAM) Jaya. Biasanya, ia mencuci baju paling tidak seminggu sekali. Artinya, ia bisa menghemat Rp200 ribu sebulan jika terus-menerus menadah air hujan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di luar kebutuhan air untuk mencuci baju, Sumiyati mengeluarkan fulus lebih besar untuk minum dan masak. Yakni, Rp30 ribu per hari atau Rp780 ribu per bulan. Jika ditotal, pengeluaran Sumiyati untuk mendapatkan air bersih, termasuk untuk mencuci, bisa mencapai Rp980 ribu per bulan.
Lihat Juga : |
"Gimana ya. Kadang lumayan buat nyuci," ucap dia dilematis.Masalahnya, jika turun hujan Sumiyati harus siap menghadapi banjir rob dan setengah rumahnya terendam.
Ia mengaku selalu was-was setiap kali langit mendung. Belum lagi jika pada saat bersamaan terjadi pasang gelombang air laut. Sudah dipastikan warung dan rumah Sumiyati, yang letaknya ada di gang yang sama, akan dilanda banjir rob.
Memang, warung dan rumahnya diapit oleh dua tanggul pantai setinggi 3 meter. Tanggul itu dibikin sejak 2014 agar air laut tak masuk ke permukiman. Namun, tinggi muka air laut semakin bertambah tiap tahunnya.
Selain itu, air laut masih bisa lolos juga ke permukiman lewat saluran yang dibuat untuk menyalurkan air hujan ke lautan. "Itu kalau lagi pasang tuh airnya tumpah," cetus dia.
Lihat Juga : |
"Kalau pasang, hujan, masuk ke dalam, sepinggang, di dalam rumah, jadi berantakan banget," kata Sumiyati.Ia menyebut banjir rob bisa mendatangi rumah dan warungnya satu sampai dua kali dalam sebulan dan bisa lebih jika saat musim hujan.
Lantas kenapa tak berlangganan PAM? Sumiyati bercerita jarang warga yang menggunakan air PAM di daerahnya karena mahal, proses pengadaannya sulit, dan sering terjadi gangguan.
Hal itu diamini oleh Agus, pemilik toko yang tak jauh dari warung Sumiyati. Dia, yang sudah berlangganan air PAM, mengaku layanannya sering kali ngadat.
"Pake PAM, tapi enggak ngalir-ngalir udah seminggu, baru ngalir hari ini," akunya.
Untuk opsi pemakaian air tanah, Agus pesimistis. "Udah enggak ada air tanah. Air tanah mau ngebor sampai mana udah air asin semua kasarannya".
Senada, Bella, warga RT 05/RW 22 Dermaga Ujung, Muara Angke, Jakarta Utara, mengaku berulang kali gagal mengajukan langganan air PAM.
Padahal, daerahnya langganan banjir rob, yang ketinggiannya bisa mencapai 80 Cm, yang mestinya menjadi prioritas penyaluran air bersih. Sementara, katanya, RT 10 dan 11, daerah yang lebih jarang terkena banjir, justru terjangkau oleh layanan PAM.
"Tolong lah kepada Pak Anies, rakyat Muara Angke yang di pinggir laut, semoga terketuk pintu hatinya. Kalau di sana enak, PAM bisa masuk, jarang kena banjir. [Di sini] banjir parah. Air susah," keluhnya.
Lantaran kesulitan pengajuan layanan itulah, Anisa Fatmawati, tetangga Bella, nekat untuk menyedot air tanah lantaran PAM tak kunjung masuk. "Bisa [pakai PAM] tapi enggak ada tindak lanjutnya nih. Jadi pake air tanah," ucap dia.
Lihat Juga :![]() LIPUTAN KHUSUS Was-was Warga Jakarta di Seberang Pulau Reklamasi |
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sempat mengakui cakupan pelayanan pipa air bersih belum mencapai keseluruhan wilayah DKI Jakarta.
"Kita saat ini melayani kebutuhan warga melalui PAM Jaya dan baru 64 persen yang terlayani dengan pipa, yang sisanya kita lakukan dengan jalan pintas dulu, karena pipanisasi belum selesai," kata dia, dalam tayangan CNNIndonesia Forward, Jumat (29/10/2021) malam.
Bagi daerah yang belum terjangkau pipanisasi, pihaknya menyiapkan, pertama, tangki air di perkampungan sehingga warga bisa mendapatkan air dengan harga terjangkau. Kedua, penyediaan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) regional.
Bersambung ke halaman berikutnya...