Amdal Soal Tambang Wadas: Tanah Terkelupas dan Debu 'Serang' Warga

CNN Indonesia
Rabu, 16 Feb 2022 14:28 WIB
Desa Wadas saat dikepung polisi. (ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah)
Jakarta, CNN Indonesia --

Analisis mengenai dampak lingkungan (AmdalBendungan Bener mengungkapkan terdapat sejumlah kerusakan atau perubahan kualitas alam imbas pembangunan Bendungan tersebut.

Dalam dokumen Amdal yang diperoleh CNNIndonesia.com, tercatat salah satunya ada prakiraan dampak penurunan kualitas udara yang disebabkan kegiatan pembuatan akses untuk menuju lokasi tapak proyek dan penambangan batu (quarry).

Bahan pembuatan Bendungan tersebut diketahui akan dipasok dari hasil penambangan batu andesit yang dilakukan di Desa Wadas, Kabupaten Purworejo.

"Kondisi udara di sekitar lokasi rencana pembangunan Bendung Bener masih sangat alami," tulis isi penjelasan dokumen.

Dokumen Amdal itu tercantum Amdal itu diterbitkan pada Februari 2018 oleh Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak Kementerian PUPR.

Jalan akses itu direncanakan akan melalui lima desa di Kabupaten Purworejo. Yakni, Desa Guntur, Desa Karangsari, Desa Bener, Desa Kedungloteng dan Desa Wadas yang merupakan lokasi quarry.

Hasil observasi lapangan yang tercantum dalam Amdal menjelaskan bahwa lokasi tapak proyek Bendungan Bener dan lokasi quarry masing-masing berjarak sekitar 500 meter dengan pemukiman terdekat.

Dalam dokumen tersebut dijelaskan bahwa telah dilakukan uji laboratorium terhadap tujuh lokasi samping di sekitar area pembangunan.

Hasilnya, udara alami tersebut dapat tergambar dari semua parameter yang masih berada di bawah baku mutu Udara Ambient Daerah di Provinsi Jawa Tengah Nomor 8 Tahun 2001. Dituliskan bahwa kondisi tersebut masuk dalam kategori kualitas lingkungan skala 5 atau sangat baik.

"Pada kegiatan pembuatan jalan akses, diprakirakan dapat menyebabkan penurunan kualitas udara khususnya untuk parameter debu," tulis dokumen tersebut.

Berdasarkan perhitungan melalui simulasi yang dilakukan, kegiatan pembuatan jalan akses dan pekerjaan konstruksi dapat membuat indikator tersebut menjadi skala 1 atau buruk. Konsentrasi nilai itu disebutkan telah melebihi Baku Mutu Udara Ambient Daerah di Provinsi Jawa Tengah Nomor 8 Tahun 2001.

Masih merujuk dokumen tersebut, mobilisasi peralatan dan material juga akan mempengaruhi kesehatan masyarakat. Pemerintah diminta waspada terhadap terjadinya peningkatan kejadian kasus infeksi saluran pernafasan akut (ISPA).

Hasil survei awal yang dilakukan, kondisi kebersihan dan kesehatan masyarakat sekitar tergolong baik atau sehat. Sehingga, kondisi itu termasuk pada skala kualitas lingkungan skala 4 atau baik.

Menurut Amdal, tak ada aktivitas masyarakat yang berdampak besar terhadap lingkungan. Limbah cair hasil aktivitas rumah tangga dikelola dengan septic tank dan memenuhi baku mutu.

Namun demikian, mobilisasi kendaraan proyek yang akan melewati pemukiman warga dapat mempengaruhi kondisi kesehatan lantaran ada penurunan kualitas udara. Selain itu, dampak terhadap peningkatan kebisingan dan getaran juga dinilai akan mempengaruhi kesehatan masyarakat.

"Sehingga, kondisi ini dapat menurunkan skala kualitas lingkungan menjadi skala 2 (buruk)," ungkap keterangan di dokumen itu.

Quarry Berdampak Negatif

Dalam Amdal tersebut, dijelaskan bahwa pekerjaan tanah (quarry) yang dilakukan juga akan berdampak pada perubahan bentang alam.

Dijelaskan bahwa kondisi rona lingkungan awal (RLA) pada lokasi quarry di Desa Wadas saat ini dikategorikan dalam skala 5 atau sangat baik. Bentang alam di sana disebutkan masih sangat alami.

Selain itu, tidak ada kegiatan manusia yang berdampak besar pada kondisi bentang alam yang ada. Namun demikian, penambangan 15,5 juta meter kubik batu andesit dari Desa Wadas untuk pembangunan Bendungan dipercaya dapat merubah kondisi bentang alam di sana.

"Dampak tersebut disebabkan adanya pengupasan pada pucuk lahan di lokasi quarry," tulisnya.

Namun demikian, kegiatan revegetasi dan reklamasi yang dilakukan dengan menutup kembali lahan quarry dengan tanah galian dan top soil dapat mengembalikan kondisi alam menjadi dalam skala 3 atau cukup.

Meski tak mengembalikan keadaan seutuhnya, namun proses revegetasi tersebut harus dilakukan sebagai usaha pengembalian kondisi quarry.

"Proses penimbunan dilakukan dengan metode teras berjenjang dengan ketinggian jenjang 3 meter. Tanaman revegetasi awal berupa kacang-kacangan untuk meminimalkan erosi lahan," demikian keterangan dalam dokumen tersebut.

(mjo/dal)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK