Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati membeberkan potensi dampak gempa dan tsunami di Cilegon, Banten. Beberapa di antaranya seperti kerusakan infrastruktur hingga terenggutnya korban jiwa.
Berdasarkan pemodelan yang dilakukan BMKG, jika terjadi gempa yang bersumber di Zona Megathrust Selat Sunda, maka terdapat potensi gempa dengan kekuatan mencapai magnitudo 8,7 dan tsunami dengan ketinggian hingga 8 meter di Cilegon.
"Kawasan industri Cilegon ini menyimpan potensi bahaya berupa bencana kegagalan teknologi yang dapat menimbulkan kerugian berupa kerusakan infrastruktur, lingkungan, penyakit, cedera, bahkan kematian pada manusia," kata Dwikorita dalam keterangan tertulis, Rabu (16/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Artinya, ada multi-ancaman yang membahayakan masyarakat Kota Cilegon dan sekitarnya saat terjadi gempabumi kuat yang diikuti tsunami," imbuhnya.
Dwikorita menjelaskan, selama ini Cilegon dikenal sebagai kota industri. Selain itu, kata dia, di Cilegon juga terdapat berbagai macam objek vital negara antara lain Pelabuhan Merak, Pelabuhan Cigading Habeam Centre, Kawasan Industri Krakatau Steel, PLTU Suralaya, dan PLTU Krakatau Daya Listrik.
Lalu, ada Krakatau Tirta Industri Water Treatment Plant, (Rencana) Pembangunan Jembatan Selat Sunda dan (Rencana) Kawasan Industri Berikat Selat Sunda. Itu semua, kata Dwikorita, akan terdampak.
Adapun genangan tsunami diperkirakan mencapai jarak terjauh sekitar 1,5 km dari tepi pantai di Kelurahan Tegalratu, Kecamatan Ciwandan dan Kelurahan Warnasari, Kecamatan Citangkil di Kota Cilegon, yang merupakan kawasan dengan topografi landai.
"Bencana ikutan akibat gempa bumi dan tsunami juga berpotensi terjadi di kawasan industri Cilegon, berupa kebakaran, sebaran zat kimia berbahaya, ledakan bahan kimia, ataupun tumpahan minyak," kata dia.
Terkait itu, BMKG mengingatkan Pemerintah Provinsi Banten terkait ancaman gempa bumi dan tsunami tersebut. Ia berkata, Cilegon merupakan salah satu wilayah yang memiliki tingkat kerentanan tinggi terhadap bencana gempabumi dan tsunami.
"Letak Cilegon yang berada di ujung barat Pulau Jawa, di tepi Selat Sunda selain strategis juga memiliki risiko bencana yang cukup besar jika sewaktu-waktu terjadi gempabumi dan tsunami," kata dia.
"Perlu kolaborasi yang erat antara pemerintah provinsi, kabupaten/kota, swasta, dan masyarakat agar mitigasi yang dilakukan efektif dan tidak parsial," imbuhnya.