ANALISIS

Elektabilitas Golkar Tergerus, Risiko Bela Jokowi Buat Pemilih Lari

CNN Indonesia
Kamis, 24 Feb 2022 12:50 WIB
Survei litbang Kompas mengungkapkan bahwa Golkar sudah terpental dari 3 besar elektabilitas partai, bahkan disalip Demokrat.
Ilustrasi Partai Golkar. (Safir Makki)

Terpisah, analis politik dari Exposit Strategic Arif Susanto menilai bahwa kans Golkar untuk semakin tergerus suaranya sangat besar saat ini. Ia melihat bahwa partai berlambang pohon beringin tersebut belum dapat memaksimalkan perubahan era politik yang semakin berkembang.

Arif mengatakan bahwa partai-partai kelas menengah seperti Golkar, Nasdem, Demokrat, PKS dan PKB saat ini memiliki dinamika pergerakkan elektabilitas yang sangat kuat.

"Posisi ini bisa berubah-ubah, sampai semakin terkonsolidasi di 2024 nanti," ucap Arif saat dihubungi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, Golkar merupakan partai yang memiliki keunggulan matang secara politik di tatanan elitis. Ia menggambarkan partai tersebut mudah untuk beradaptasi sebagai kekuasaan.

Buktinya, kata Arif, Golkar tak pernah satu kali pun tak mendapat kursi kabinet pasca pemerintahan Orde Baru. Meskipun, saat pemilu partai tersebut mendukung lawanannya. Tetapi, pada akhirnya akan tetap masuk dalam kursi pemerintahan.

Kemampuan adaptif tersebut, dinilai Arif tak selaras dilakukan dengan adaptasi di level pemilih. Hal itu, kata dia, membuat jarak sehingga elektabilitasnya stagnan dan cenderung menurun.

"Golkar itu ada pemilih-pemilih tradisional yang sudah memilih dari sejak pemilu tahun 1971-an ya. Mereka mengalami penuaan, pada sisi lain kemampuan adaptif kekuasaan itu belum cukup diikuti oleh model komunikasi yang lebih baik terhadap pemilih yang lebih muda," cetus dia.

Kemudian, Golkar juga dinilai sebagai partai yang yang enggan menampilkan wajah populis. Hal itu berbeda dengan apa yang dilakukan oleh PDI Perjuangan dan Partai Gerindra sehingga dapat tetap kuat berada pada tatanan teratas elektabilitas partai.

Golkar, kata Arif, tak dapat meraup besar suara pemilih yang berada pada karakter level sosial rendah. Padahal, hal tersebut merupakan bagian dari calon pemilih yang potensial.

"Sebab bukan hanya PDIP yang mengklaim sebagai partainya wong cilik, tetapi juga tokoh semacam Prabowo yang kita tahu dia itu sudah sejak muda menjadi bagian dari kelompok elite, tapi menggunakan retorika yang kira-kira berkarakter populis," ucap Arif.

Pada penilaian berikutnya, Arif mengatakan bahwa Golkar saat ini belum memiliki tokoh sentral yang kuat dan dapat mendongkrak angka pemilih ke partai tersebut.

Sosok Airlangga Hartarto sebagai ketua umum dan calon Presiden yang bakal diusung Golkar dalam pemilu 2024 nyatanya masih perlu mendapat banyak perhatian lagi agar dapat diketahui publik.

"Golkar saya kira tantangannya penting bukan hanya menemukan pendekatan yang pas ya. Diantara kan sekarang ini hampir semua parpol yang berpengaruh itu punya figur yang kuat. Tetapi, bukan berarti bahwa golar tidak punya peluang," jelas dia.

Peluang Golkar, kata dia, dapat terbuka lebar mengingat 2024 mendatang merupakan ajang kontestasi politik yang bakal menghadirkan wajah-wajah baru dan berbeda dari sebelumnya. Tak hanya di tataran pihak yang dipilih, para pemilih dari kalangan anak muda pun akan semakin banyak.

"Di luar Prabowo itu hampir pasti akan muncul tokoh baru yang belum pernah menikmati level paling atas kekuasaan politik Indonesia," kata dia.

Golkar saat ini, dianggap Arif harus mampu bersaing dengan Demokrat yang semakin melesat dan berpotensi memuncaki elektabilitas.

Menurutnya, sosok Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang didapuk menjadi Ketua Umum Demokrat dapat mengkonsolidasikan anak buahnya dari berbagai macam tantangan yang sudah berlalu. Misalnya seperti dugaan perebutan partai yang hendak dilakukan oleh Moeldoko.

Kala itu, AHY dinilai mampu meredam krisis hingga akhirnya membuat simpati masyarakat terhadap partai menjadi kian meningkat.

(dal/mjo/dal)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER