Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita mengungkapkan ada patahan baru di wilayah Sumatera. Patahan tersebut teridentifikasi usai gempa bumi berkekuatan magnitudo 6,1 terjadi di Pasaman Barat, Sumatera Barat, Jumat (25/2) lalu.
"Ada patahan baru yang selama ini belum pernah teridentifikasi karena selama ini tidak ada rekaman data-data seismik di situ. Selama ratusan tahun. Dan baru kemarin saat gempa 6,1 di situ tercatat terekam data-data seismik," kata Dwikorita dalam konferensi pers secara virtual, Selasa (1/3).
Dwikorita mengatakan patahan tersebut merupakan pusat gempa yang terjadi di Pasaman Barat. Oleh karenanya, ia mengimbau agar masyarakat di sekitar wilayah tersebut berhati-hati sebab kawasan patahan baru berpotensi mengalami guncangan hingga 8 MMI.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dengan terekamnya patahan baru ini maka zona rawan atau zona kerentanan gempa bumi menjadi ada penyempurnaan yang sebelumnya di situ tidak dianggap begitu membahayakan, tetapi saat ini menjadi zona merah. Artinya berpotensi mengalami guncangan dengan intensitas MMI yang sudah tercatat sampai 8 MMI," ujarnya.
"8 MMI itu mudahnya adalah tingkat skala guncangan yang dapat mengakibatkan rumah atau engineer structure itu bisa roboh," imbuhnya.
Kendati demikian, Kepala Pusat Seismologi Teknik BMKG Rahmat Triyono mengatakan patahan baru tersebut masih akan didalami. Ia pun menduga patahan tersebut bisa saja merupakan terusan dari segmen yang telah ada sebelumnya.
"Apakah ini merupakan segmen yang mandiri dan baru terbentuk? Atau kah ini sebetulnya segmen yang sudah ada namun baru kita ketahui? Bisa jadi ini merupakan terusan atau perpanjangan dari segmen Sianok yang sampai ke wilayah Talamau," ujarnya.
Sebelumnya, gempa bumi berkekuatan magnitudo 6,2 mengguncang wilayah Sumatera Barat pada Jumat (25/2) pagi. BMKG mencatat gempa terjadi pada pukul 8.39 WIB. Gempa tersebut berlokasi di 0,14 Lintang Utara, 99,94 Bujur Timur atau 12 km Timur Laut Pasaman Barat, Sumatera Barat.