Direktur Eksekutif PARA Syndicate Ari Nurcahyo menilai wacana penundaan Pemilu 2024 hanya untuk meningkatkan elektabilitas partai politik. Dia menyebut beberapa parpol dengan elektabilitas rendah dibayangi ketakutan jelang pemilu.
"Nah, ini juga dibayang-bayangi dengan ketakutan bayangan elektabilitas yang rendah. Terutama Pilpres, bagaimana posisi popularitas elektabilitas Cak Imin kemudian Airlangga Hartarto, kemudian bagaimana posisi PAN sebenarnya menarik untuk dilihat," kata Ari dalam diskusi daring yang diselenggarakan GMPI, Selasa (1/3).
"Bahwa ada 'kekhawatiran', ketakutan soal elektabilitas di Pilpres dan di Pileg. Daripada meneruskan Pemilu, lebih baik kita buying time dulu 1-2 tahun untuk menaikkan popularitas dan elektabilitas," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Ari, perpanjangan masa jabatan ini akan menguntungkan pihak yang sedang berkuasa dan tidak akan didukung oleh oposisi. Ia menganggap inisiator wacana ini dianggap telah nyaman berada di posisi kekuasaannya masing-masing.
"Jadi ada godaan untuk terus berkuasa, mempertahankan durasi kekuasaan," pungkasnya.
Wacana penundaan pemilu mencuat setelah Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar mengusulkan hal ini pada Rabu (23/2). Dia menilai penundaan pemilu penting dilakukan demi pemulihan ekonomi akibat pandemi Covid-19. PAN belakangan telah menyatakan sikap mendukung usulan itu.
Sumber CNNIndonesia.com juga menyebut Cak Imin ingin PKB mendapat keuntungan ketika mengusulkan isu penundaan Pilpres 2024. Keuntungan yang dimaksud adalah PKB mendapat popularitas karena jadi topik pembicaraan usai menjadi partai pertama yang menyuarakan penundaan.
Selain karena ekonomi, PAN juga mempertimbangkan situasi politik global, terutama pascainvasi Rusia ke Ukraina pada Kamis (24/2). PAN juga mempertimbangkan tingkat kepuasan masyarakat kepada Jokowi yang meningkat.
Tak hanya itu, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto yang juga Ketua Umum Partai Golkar ikut mendorong wacana ini setelah mengklaim mendapatkan aspirasi dari para petani.
![]() |