Gubernur Bali, Wayan Koster meminta pemerintah pusat turut tegas dalam memberantas permainan mafia karantina dan mafia visa.
Koster mengatakan berkaitan dengan mafia karantina menurutnya sudah mengendor sejak hal tersebut salah satunya, klaimnya, dikemukakannya ke media massa.
"Begitu saya angkat isunya sudah mengendor dan tidak ada lagi. Jadi, semula itu ada di Jakarta tapi hampir masuk di Bali. Tapi begitu saya angkat, itu tidak lagi terjadi," kata Koster, saat konferensi pers di Terminal Internasional Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali, Jumat (4/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian, soal mafia visa itu dilakukan pelaku agen-agen perjalanan dan harganya tidak sesuai dengan aturan resmi yang dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) RI.
"Karena, harga visa resmi sesuai aturan yang dikeluarkan oleh Kemenkumham itu sebenarnya pengurusannya kurang dari Rp 1 juta, biayanya. Tapi di agen-agen perjalanan itu dengan kecepatan standar harganya mencapai Rp 3,5 juta dan yang cepat Rp 4,2 juta dan yang lebih cepat lagi Rp 5,5 juta. Jadi, itu terlalu jauh menyimpang dan itu saya kira sangat tidak sehat untuk pemulihan pariwisata di Bali," imbuhnya.
Koster juga mengungkapkan, bahwa untuk pernerbangan Sydney-Denpasar, Bali, yang datang hari ini Jumat (4/3), dari laporan yang didapatnya para calon pelancong dari luar negeri sangat susah mendapat visa.
"Bahkan, penerbangan dari Sydney hari ini pun, itu saya mendengar laporan itu sangat sulit untuk mendapatkan visa. Dan untuk melakukan percepatan mendapatkan visa ini juga biaya pengurusannya cukup tinggi, sampai lebih dari Rp 5,5 juta," ungkapnya.
"Saya kira, ini sesuatu yang sangat buruk bagi kita. Dan saya sudah mendesak Pemerintah Pusat untuk menghapus manuver-manuver atau permainan di lapangan agar tidak rusak nama citra Indonesia dan Bali pada khususnya," ujarnya.