Menguak Limbah Restoran Biang Keladi Penyumbatan Saluran Air di DKI

CNN Indonesia
Rabu, 09 Mar 2022 16:05 WIB
CNNIndonesia.com menyusuri kawasan Jakarta Pusat yang dijejali limbah makanan dari restoran hingga jadi penyebab banjir.
Ilustrasi petugas PPSU membersihkan saluran air di salah satu sudut wilayah Jakarta. (ANTARA FOTO/Makna Muhammad Akhira Zaezar)
Jakarta, CNN Indonesia --

Minimnya kesadaran pengolahan limbah makanan dari para pemilik restoran ditengarai menjadi salah satu penyebab terjadinya banjir di pelbagai daerah di DKI Jakarta.

Dugaan tersebut bukannya mengada-ada. Berdasarkan temuan Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta, khusus di Jakarta Pusat saja, masih banyak pemilik restoran yang kerap membuang limbah makanan secara langsung ke dalam saluran air.

Kepala Seksi Pemeliharaan Sudin SDA Jakarta Pusat Achmad Daeroby mengatakan limbah sisa makanan tersebut kerap ditemukan petugas ketika sedang melakukan pemeliharaan saluran air di lapangan. Limbah-limbah tersebut yang kemudian menyumbat saluran air dan menjadi salah satu penyebab banjir.  

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Restoran [di Jakarta Pusat] yang kebanyakan buang limbah itu berada di wilayah Kecamatan Gambir, Tanah Abang, Menteng. Hanya tiga kecamatan itu dari delapan kecamatan di Jakarta Pusat kerap buang limbah makanan ke dalam saluran," jelasnya ketika dikonfirmasi Selasa (8/3).

"Terakhir (ditemukan limbah) lokasinya di Jalan Abdul Muis, seberang RS Budi Kemuliaan, Jumat (25/2). Cuma kondisi sekarang sudah kami bersihkan, jadi limbahnya sudah tidak ada," sambungnya.

Pantauan CNNIndonesia.com di lokasi pada Selasa (8/3), nampak akses menuju saluran air yang dimaksud sudah kembali terpasang rapih. Tidak ada lagi penyumbatan limbah makanan ketimbang foto yang diterima CNNIndonesia.com sebelumnya.

Saluran air juga terlihat mengalir lancar seperti seharusnya. Iwan (35), salah satu pedagang kaki lima di sekitar lokasi mengonfirmasi bahwa kawasan tersebut memang kerap terdapat genangan air ketika hujan.

Hal itu, kata dia, berbeda dibanding kawasan lainnya yang sama-sama terletak di pusat Ibu Kota. 

"Iya enggak banjir sih, cuma genangan aja. Tapi kalau daerah sekitar itu enggak ada (genangan)," ujarnya kepada CNNIndonesia.com.

Lebih lanjut, Iwan juga merasa, genangan di Jalan Abdul Muis itu memang lebih berbau dan licin dibanding banjir-banjir pada umumnya. Belakangan, ia baru mengetahui apabila hal itu disebabkan oleh limbah makanan yang menumpuk pada saluran air tersebut.

"Iya lebih bau dan licin. Baunya itu bukan cuma bau sampah kayak banjir biasa, tapi kayak bau busuk begitu," tuturnya.

Ditemui tidak jauh dari lokasi, Ketua Tim Pemeliharaan Saluran Air Dinas SDA yang bertanggung jawab atas wilayah tersebut Enjang Setiawan mengatakan kondisi yang diceritakan Iwan itu memang lumrah ditemukan pada genangan yang bercampur dengan limbah makanan.

Enjang mengatakan, tidak jarang bahkan genangan air atau banjir tersebut dapat menyebabkan gatal-gatal atau iritasi ketika mengenai kulit.

"Jelas itu, bahkan sampai bikin gatal-gatal kalau terkena kulit. Karena kan dia campur-campur, limbah minyak, lemak, dan lainnya kecampur," ujarnya.

Selain itu, limbah yang berasal dari hasil proses memasak dan makanan itu lebih gampang menggumpal di saluran air. Alhasil, terkadang limbah makanan yang mengering itu membuat . Sehingga dalam beberapa kasus, limbah makanan itu sudah kadung mengering dan membuat saluran air menjadi tersumbat.

Kalau sudah begitu, ia mengatakan, pembersihan saluran air harus menggunakan mesin pompa air bertekanan tinggi.

Menurutnya kondisi seperti itu tidak hanya ditemukan di kawasan Jakarta Pusat saja, melainkan hampir di seluruh saluran air ibu kota yang terletak dekat restoran atau rumah makan.

"Jadi bukan di sini aja, hampir di seluruh Jakarta masih banyak yang nakal. Makanya kalau ada genangan air di jalan dan dekat dengan restoran, kami sudah tahu saluran mana yang harus dibuka," tuturnya.

Oleh sebab itu, Enjang berharap ke depannya, para pemilik rumah makan dapat lebih cermat dalam membuang limbah sisa makanan. Ia menjelaskan, para pemilik restoran dapat membeli atau membuat sendiri bak penampungan untuk limbah sisa makanan.

"Jadi seharusnya memang seperti itu, diendapkan dulu. Sampai terpisah, baru cairannya bisa dibuang ke saluran air, sementara yang memadat dibuang ke TPSA. Inget ya, cairannya, bukan minyaknya," jelasnya.

(tfq/kid)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER