Pakar: Daging Sapi Terinfeksi LSD Tak Layak Konsumsi

CNN Indonesia
Kamis, 10 Mar 2022 00:45 WIB
Guru Besar FKH UGM Wasito menilai daging sapi yang terpapar penyakit, termasuk Lumpy Skin Disease (LSD), tak layak dikonsumsi.
Guru Besar FKH UGM Wasito menilai daging sapi yang terpapar penyakit, termasuk Lumpy Skin Disease (LSD), tak layak dikonsumsi. Ilustrasi. (CNN Indonesia/Daniela Dinda).
Yogyakarta, CNN Indonesia --

Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Gadjah Mada (UGM) Wasito menyebut daging sapi yang terinfeksi penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) atau kutil sapi tidak layak dikonsumsi.

Menurut Wasito, sapi yang terpapar penyakit ini harus dimusnahkan. Sementara itu, hewan lain yang belum terinfeksi disarankannya untuk dipisahkan atau diisolasi.

"Sapi yang sakit segera di-stamping out (dimusnahkan) dan sapi tersebut dagingnya tidak layak untuk konsumsi," kata Wasito dalam keterangannya, Rabu (9/3).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Wasito menjelaskan sapi yang terinfeksi LSD dagingnya tak layak dikonsumsi lantaran mengalami kekurangan nutrisi protein. Terutama asam amino yang sebelumnya digunakan untuk replikasi virus.

Penyakit kutil sapi atau LSD sebelumnya telah dilaporkan ditemukan di Riau. Penyakit serupa sebelumnya juga ditemukan di beberapa negara di Asia Tenggara, termasuk Thailand, Malaysia, Vietnam, Laos, Myanmar, dan Kamboja.

Wasito menerangkan LSD pada sapi ini disebabkan oleh Capripoxvirus dan bukan kategori zoonosis, atau tidak dapat menular ke manusia.

"Tidak bersifat zoonosis. Penularan terjadi terutama pada sapi lain dan kerbau. Penyebabnya adalah pox virus," katanya.

Ia menambahkan, LSD ini dapat diamati dari gejala klinisnya. Namun demikian, menurut Wasito, melonjaknya kasus belakangan ini karena lambatnya deteksi dini di lapangan.

"Dapat diketahui dari lesi patologis anatomis pada sapi di lapangan. Bisa jadi pada kasus tersebut terlambat diketahui," paparnya.

Guna mengatasi penyebaran LSD ini, Wasito mengimbau kepada pemilik peternakan sapi dan kerbau yang mendapati ternaknya terinfeksi penyakit ini agar segera melakukan disinfeksi pada kandang.

"Cara mengatasinya dengan spray (semprot) kandang dan lingkungan sekitar kandang dengan desinfektan yang sesuai," pungkasnya.

Seiring dengan ditemukannya LSD di Riau, Kementerian Pertanian (Kementan) berjanji mengerahkan sumber daya untuk menangani penyakit itu.

"Untuk penanganan LSD di Riau, kami akan kerahkan dokter hewan dan paramedik staf Kementan di Riau untuk membantu melakukan vaksinasi," imbuh Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH) Nasrullah melalui keterangan resmi, Senin (7/3).

Klaim Nasrullah, Kementan telah melaksanakan berbagai upaya pencegahan masuknya penyakit LSD ini ke Indonesia sejak 2019.

Kementan sudah meminta kepada semua peternak dan juga dinas yang menangani fungsi peternakan dan kesehatan hewan, baik di kabupaten maupun provinsi, agar melakukan pembatasan lalu lintas ternak untuk pencegahan penyebarluasan penyakit ini.

Senada, Direktur Kesehatan Hewan Kementan Nuryani Zainuddin mengaku telah mengeluarkan Surat Edaran (SE) kewaspadaan penyakit LSD kepada para pemangku kepentingan di seluruh Indonesia.

"Kami gencarkan juga sosialisasi tentang LSD melalui berbagai media serta webinar berseri tentang kesiapsiagaan terhadap LSD pada 2021," terang dia.

Nuryani berharap upaya peningkatan kewaspadaan tersebut mampu membuat petugas di lapangan mendeteksi secara cepat kejadian LSD, melaporkan, dan menanganinya.

(kum/sfr)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER