Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mengimbau warga sekitar Gunung Merapi di perbatasan DI Yogyakarta dan Jawa Tengah waspada seiring meningkatkan aktivitas seismik.
Awan panas guguran Merapi terjadi mulai pukul 23.18 WIB, Rabu (9/3). Awan tersebut meluncur ke tenggara dengan arah angin puncak mengarah ke barat.
"Masyarakat diimbau untuk tidak mendekati daerah potensi bahaya yg telah ditetapkan serta meningkatkan kewaspadaan," ujar BPPTKG lewat utas pada akun Twitter resminya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada pukul 00.14 WIB Kamis dini hari, intensitas seismik sempat mengecil. Namun, pada 00.23 WIB, aktivitas seismik kembali meningkat.
"Beberapa wilayah sudah mulai melaporkan terjadi hujan abu seperti Desa Tlogolele, Desa Gantang, Kecamatan Sawangan," jelasnya.
Dikutip dari Antara, BPPTKG mencatat 149 kali gempa guguran selama periode pengamatan pada Selasa (8/3) pukul 00.00-24.00 WIB.
Kepala BPPTKG Hanik Humaida melalui keterangan resminya menerangkan selain gempa guguran, pada periode pengamatan itu juga tercatat satu kali gempa frekuensi rendah, satu kali gempa tektonik dan satu kali gempa hembusan.
Berdasarkan pengamatan visual, tampak asap berwarna putih keluar dari Gunung Merapi dengan intensitas sedang hingga tebal dengan ketinggian sekitar 150 meter di atas puncak.
Tercatat tujuh kali guguran lava pijar keluar dari gunung itu dengan jarak luncur maksimum 1.800 meter ke arah barat daya.
Saat ini, BPPTKG masih mempertahankan status aktivitas Gunung Merapi pada Level III (Siaga). Adapun potensi bahayanya berupa guguran lava dan awanpanas pada sektor selatan-barat daya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 km, Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal 7 km.
"Pada sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal 3 km dan Sungai Gendol 5 km. Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak," terang BPPTKG.
(dis/sfr)