Aksi unjuk rasa menolak penundaan pemilihan umum alias Pemilu 2024 dan menambah masa jabatan presiden Joko Widodo 3 periode di pertigaan Jalan Sultan Alauddin-AP Pettarani, Makassar, Sulawesi Selatan, berakhir ricuh.
Kericuhan tersebut dipicu mahasiswa yang melakukan aksi unjuk rasa menutup seluruh ruas jalan hingga mengakibatkan kemacetan parah menjelang buka puasa sehingga petugas pun berusaha membubarkan aksi unjuk rasa secara persuasif. Namun, hal itu direspon mahasiswa sehingga terjadilah kericuhan.
"Kami menolak penundaan Pemilu dan penambahan masa jabatan presiden dan mengevaluasi fungsi pengawasan DPR RI," kata Jendral lapangan aksi, Sukirman S Doturu, Kamis (7/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, mahasiswa juga menyikapi kenaikan harga BBM dan kelangkaan minyak goreng curah yang selama ini terjadi sehingga sangat meresahkan masyarakat kecil.
"Tuntaskan segera kasus kekerasan manusia. Hentikan penumpukan utang luar negeri. Makanya kami menyerukan Ketua DPR dicopot dari jabatannya," tegasnya.
Dari pantauan CNNIndonesia.com, terdapat sebanyak enam titik lokasi aksi unjuk rasa mahasiswa yang menolak wacana penundaan Pemilu dan penambahan masa jabatan presiden, mulai dari depan kampus Universitas Muhammadiyah Jalan Sultan Alauddin hingga di Jalan AP Pettarani.
Kabagops Polrestabes Makassar, AKBP Darminto mengatakan, bahwa kericuhan itu dipicu karena aksi mahasiswa yang menutup ruas jalan.
"Kami sudah berikan kesempatan untuk demo dari jam 4 sore, bahkan mereka bakar ban tapi mereka tutup dua ruas jalan. Tapi ada mahasiswa yang memecahkan kaca spion mobil makanya mereka ditindaki," kata Darminto di lokasi.
Menurut Darminto pembubaran itu sudah dilakukan sesuai dengan prosedur dan secara persuasif.
"Tidak kekerasan hanya terjadi dorong-dorongan saja antar petugas dengan mahasiswa," ujarnya.