Mereka yang Menahan Rindu Lebaran di Pinggir Jalan

CNN Indonesia
Sabtu, 30 Apr 2022 11:55 WIB
Bagi Heri (37), Idulfitri berarti menahan rindu. Sudah 15 tahun ia tak pulang ke kampung halamannya, memulung di Jakarta.
Bagi Heri (37), Idulfitri berarti menahan rindu. Sudah 15 tahun ia tak pulang ke kampung halamannya, memulung di Jakarta. (Foto: CNN Indonesia/Maulida Balqis)
Jakarta, CNN Indonesia --

Heri (37) duduk termenung di pinggir jalan sambil menenteng sebuah karung besar. Sesekali ia menoleh ke kiri, memandang dua anak perempuannya yang berlari-larian dengan girang di trotoar yang dipenuhi pedagang takjil.

Heri beberapa kali terdengar menghela napas. Azan Magrib sebentar lagi berkumandang. 

"Dek, sini. Duduk sini," kata Heri kepada kedua anaknya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dua bocah kecil itu pun langsung menghampirinya. Heri dan kedua putrinya tinggal di pinggir jalan. Mereka biasanya tidur di kolong-kolong jembatan sekitar Jakarta.

Saat Ramadan, mereka biasa menyambangi kawasan Komando Pasukan Khusus (Kopassus), Cijantung, Jakarta Timur, dengan harapan ada pejalan kaki yang bermurah hati menyisihkan sebagian rezeki untuk mereka.

Sehari-hari, pekerjaan Heri memulung. Ia memilah sampah dan membawanya dengan karung ditemani kedua anaknya.

Tanpa lelah, ia memanggul karung menyusuri jalan-jalan mencari botol, kardus, dan barang bekas lainnya. Heri mengatakan, biasanya menjual hasil memulungnya dua minggu sekali.

"Kalau saya dikumpulin dulu. Dibersihin kan. Saya jualnya bersih, dikumpulin. Paling dua minggu [kemudian] baru dijual," ujar Heri. Matanya tampak lelah.

Pendapatan Heri tidak seberapa. Biasanya, ia mendapatkan uang sekitar Rp200 ribu sekal menjual hasil memulungnya. Namun, ia bersyukur dengan hasil kerjanya itu.

Heri mengatakan, asalkan anak-anaknya kenyang, ia tidak masalah menyeret kaki ke sudut-sudut Jakarta.

Heri pun bercerita, di bulan Ramadan, banyak orang-orang baik yang memberikan mereka makanan baik untuk sahur maupun berbuka.

Beberapa orang kadang membangunkannya untuk memberikan makan. "Lumayan jadi kita enggak beli makan. Duitnya utuh. Hehehe," ucapnya sambil tertawa.

Sementara itu, Lebaran untuknya berarti menahan rindu. Heri sudah 15 tahun tidak pulang ke kampung halamannya di Kalimantan karena tak punya uang.

"Kalau saya sudah netap disini, enggak pernah pulang," tuturnya.

Heri pun menunduk. Pandangannya jatuh pada aspal luas yang terbentang di depannya.

Ia mengaku rindu dengan kebersamaan saat buka puasa dan bersilaturahmi ke rumah tetangga saat Idulfitri.

"Sedih kalau ingat," kata Heri lirih.

Heri menuturkan tidak pernah merayakan Lebaran seperti orang-orang kebanyakan. Tiap kali bertemu dengan Hari Kemenangan itu, dia justru keluar ke jalan dan memulung untuk menahan rindu di dalam dirinya.

Ia pun mengatakan selama ini tidak pernah ada kegiatan atau bantuan dari pemerintah untuk pemulung seperti dirinya. Menurutnya petugas Pelayanan, Pengawasan, dan Pengendalian Sosial (P3S) dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta justru mengejar-ngejarnya untuk ditertibkan.

Berlanjut ke halaman berikutnya...

Dinsos DKI Jakarta Tertibkan dan Pulangkan Pemulung

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER