Cuti Lebaran 2022 akan segera berakhir. Warga berbondong-bondong kembali ke Jakarta. Puncak arus balik Lebaran sudah terlihat di pelabuhan, stasiun, terminal, hingga bandara.
Di Bandara Soekarno Hatta, puncak arus balik diprediksi terjadi pada 7-9 Mei 2022. PT Angkasa Pura II mencatat sekitar 79.763 penumpang tiba di bandara tersebut pada Sabtu (7/5).
"Pada puncak arus balik 7 Mei pergerakan penumpang (datang dan berangkat) di Bandara Soetta diperkirakan sekitar 140.000-150.000 orang. Kemudian pada 8 Mei puncak arus balik tertinggi dengan prediksi penumpang di atas 150.000 orang. Lalu, pada 9 Mei berkisar 130.000-140.000 orang," ujar Presiden Direktur AP II Muhammad Awaluddin melalui keterangan persnya, Sabtu (7/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan pantauan CNNIndonesia.com di Terminal 2 atau penerbangan domestik sejak pukul 11.00 WIB, sejumlah penumpang pesawat secara bergantian keluar dari arah pintu kedatangan.
Beberapa di antara mereka terlihat menarik koper, menenteng kardus, menggendong kedua tas di bagian belakang dan depan badan, serta tak jarang yang menggunakan bantuan troli untuk mengangkut barang bawaan mereka. Ada yang langsung meninggalkan bandara, ada pula yang mencari tempat untuk istirahat sejenak.
Bisa jadi sebagian besar adalah perantau yang kembali ke Jakarta usai berlebaran di kampung halaman.
Irvansyah (28), seorang pria dengan topi hitam terlihat sedang menenteng kardus di depan pintu kedatangan. Ia bergegas mencari tempat duduk untuk sekadar istirahat dan menghabiskan minuman botol yang tersimpan di tas. Ia mengatakan baru pulang dari Palembang, Sumatera Selatan, setelah menempuh perjalanan udara kurang lebih satu jam.
"Saya tadi sampai pukul 15.00 WIB," ujar dia.
Irvansyah bekerja di salah satu perusahaan yang berlokasi di daerah Jakarta Pusat. Ia memutuskan pulang hari ini agar bisa beristirahat satu hari untuk kemudian memulai pekerjaan pada lusa 9 Mei. Ini sudah menjadi tahun kelima bagi dirinya mencari nafkah di Jakarta.
"Mau gimana lagi, gaji memang lebih besar di sini," ucap Irvansyah sembari tertawa kecil. "Saya di Jakarta dari tahun 2018," imbuhnya.
Ia tidak tinggal seorang diri di Jakarta. Ada saudara dari Ibunya yang tinggal tak jauh dari kontrakannya di Kemayoran, Jakarta Pusat. Menurut dia, kondisi tersebut turut membantu kehidupannya di kota yang selalu sibuk siang dan malam.
Ada pula Rizky Aditya. Lelaki berusia 25 tahun itu buru-buru mencari tempat istirahat ketika melintasi pintu kedatangan untuk merebahkan lelah. Ia baru tiba dari Makassar, Sulawesi Selatan.
Ini bukan kali pertama Rizky ke Jakarta. Ia mengaku beberapa kali ke Jakarta untuk sekadar berlibur dan menyambangi rekan-rekan kuliahnya. Namun, saat ini, ia memutuskan untuk tinggal lebih lama guna membantu usaha kuliner yang baru saja dirintis oleh rekannya.
"Setelah lulus kuliah saya belum ada kerjaan tetap, cuma freelance [kerja lepas] aja. Beberapa kali main ke sini sekalian ketemu temen-temen. Cuma sekarang ada rencana bantu usaha kuliner temen, jadi coba buat tinggal di sini," tutur Rizky.
Sementara itu, kisah Hedi masih tergolong 'seumur jagung' di Jakarta. Hari ini, tepat dua bulan dia menginjakkan kaki di Jakarta. Ia merupakan seorang wartawan yang bekerja di salah satu media online.
Lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini begitu naif mengungkapkan alasannya bekerja di Jakarta dan meninggalkan tanah kelahiran di Dusun Landu, Desa Piriang Tapiko, Kecamatan Tutar, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat.
"Kena doktrin bahwa untuk menjadi benar-benar jurnalis, harus merasakan Jakarta dulu. Tapi itu kayaknya doktrin keliru. Pernah dengar Jakarta adalah segalanya? Nah, doktrin itu yang memboyong saya ke Jakarta," ungkap Hedi.
(ryn/pmg)