Blokade Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Regional Piyungan, Bantul, DI Yogyakarta menyebabkan sampah menumpuk di sejumlah Tempat Penampungan Sementara (TPS) di Kota Yogyakarta. Salah satunya, terjadi di TPS Jalan Hayam Wuruk.
Seorang warga yang tinggal di dekat TPS Hayam Wuruk, Purwanti (50), mengatakan tumpukan sampah itu menganggu usahanya. Sehari-hari ia berjualan nasi rames.
Purwanti menuturkan, warungnya yang berada persis di depan TPS sepi pembeli sejak sampah-sampah menumpuk.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Biasanya jam segini penuh, ini enggak ada orang beli," kata Purwanti ditemui di warungnya, Rabu (11/5).
Ia menduga pembeli ogah datang karena terganggu bau busuk yang menyengat dan pemandangan sampah di depan warungnya. Menurut Purwanti, jika ada pembeli pun mereka memilih untuk dibungkus atau dibawa pulang.
Purwanti yang sudah berjualan nasi rames sejak 2012 itu mengatakan, tak hanya bau busuk dan pemandangan yang kurang sedap, sampah-sampah di TPS mengundang banyak lalat hingga ke warungnya.
Ia pun harus menutupi dagangannya agar tidak dihinggapi lalat. Purwanti berharap sampah di TPS Hayam Wuruk bisa segera diangkut.
Sementara itu, Sigit Prasetyo (43), warga Kampung Tegal Kemuning, mengaku istri dan anaknya sampai harus mengungsi ke tempat lain karena tidak tahan dengan kondisi TPS Hayam Wuruk. TPS ada di sebelah selatan rumahnya.
Sigit mengatakan tumpukan sampah di TPS Hayam Wuruk menimbulkan bau yang menyengat. Ada pula cairan yang keluar dari tumpukan sampah.
"Depan rumahku itu, kuning-kuning airnya. Setiap jam tak suntaki (siram) air, baunya menyengat. Belum lagi nanti kalau hujan," ucapnya.
Diberitakan, TPA Piyungan, Bantul, diblokade sejumlah warga sejak Sabtu (7/5). Penyebabnya, warga di sekitar TPA merasa terganggu dengan aktivitas pembuangan sampah di lokasi.
Sampah di TPA Piyungan menimbulkan bau menyengat di pemukiman warga hingga mencemari sumber air.
Warga pun menuntut Pemerintah Provinsi DIY menutup permanan TPA Piyungan. Sementara itu, pemda mengaku sulit memenuhi tuntutan warga untuk menutup permanen TPA Piyungan.
Sekda DIY Kadarmanta Baskara Aji mengatakan penutupan secara permanen ini hampir mustahil mengingat TPA ini merupakan satu-satunya pintu terakhir sampah-sampah dari Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Bantul.
"Hal itu agak sulit dilakukan mengingat belum ada tempat lain yang dapat menggantikan TPA Piyungan," kata Aji, Selasa (10/5).
(kum/tsa)