Polri Ungkap Alasan Belum Pecat Irjen Napoleon

CNN Indonesia
Senin, 23 Mei 2022 09:40 WIB
Polri menyatakan proses peradilan hukum pidana Napoleon saat ini sedang berjalan sehingga pihaknya masih harus menunggu.
Napoleon Bonaparte. (ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso)
Jakarta, CNN Indonesia --

Polri memberikan alasan terkait belum dipecatnya Irjen Napoleon Bonaparte dari institusi tersebut meski tersandung dalam banyak kasus pidana beberapa waktu ini.

Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabagpenum) Polri Kombes Gatot Repli Handoko mengatakan bahwa sidang kode etik terkait nasib Napoleon di Korps Bhayangkara akan dilakukan setelah perkara pidana yang menjeratnya inkrah atau berkekuatan hukum tetap.

"Yang jelas kan dari Propam itu kan melakukan sidang kode etik. Tentunya, setelah dapat inkrah dari putusan pengadilan yang nanti akan dikenakan kepada pak Napoleon," kata Gatot kepada wartawan, Senin (23/5).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, proses peradilan hukum pidana saat ini sedang berjalan sehingga pihaknya masih harus menunggu. Jika sudah rampung, maka akan ada pelanggaran kode etik yang menyertai pemberian sanksi kepada Napoleon.

Putusan terkait dengan sanksi kode etik itu akan dilakukan melalui mekanisme sidang kode etik. Namun, Gatot tak menjelaskan lebih lanjut mengenai alasan pihaknya tak bisa melakukan sidang etik bersamaan dengan sidang pidana.

"Nanti setelah ada putusan, itu nanti kode etik akan menyertai, sidang kode etiknya," tandas dia.

Sebagai informasi, Napoleon yang merupakan sosok perwira aktif di Korps Bhayangkara tersandung banyak kasus pidana. Pertama, ia menjadi terdakwa dalam kasus dugaan korupsi pengurusan red notice buronan kelas kakap, Djoko Tjandra.

Kemudian, saat mendekam di penjara ia melakukan aksi penganiayaan terhadap tersangka penistaan agama Muhammad Kace di dalam rumah tahanan (Rutan). Dalam aksi itu, Napoleon juga melumuri korban dengan kotoran manusia.

Jaksa kemudian mendakwa Napoleon dengan pasal 170 ayat 2 KUHP. Disebutkan dalam Ayat 2 pasal tersebut bahwa pelaku penganiayaan dapat dipenjara maksimal hingga 7 tahun jika mengakibatkan luka pada korban.

Lebih dari itu, Napoleon juga didakwa dengan pasal 170 ayat 1. Lalu, pasal 351 ayat 1 juncto Pasal 55 ayat (1) KUHP dan kedua Pasal 351 ayat (1) KUHP. Pasal 351 ayat 1 mengancam pelaku tindak pidana penganiayaan dengan ancaman hukuman paling lama dua tahun.

Dalam persidangan, Kace mengaku diancam oleh Napoleon. Kepada hakim, ia menirukan kalimat ancaman yang disebutkan Napoleon, yaitu 'Saya Polri, perwira aktif, saya polisi, anak buah saya banyak. Nanti keluarga kamu saya bunuh semua'.

(mjo/ain)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER