Ketum PDIP yang juga Ketua Dewan Pengarah BPIP Megawati Soekarnoputri tak kuasa menahan tangisnya saat mendengar kabar Ketua Umum PP Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif meninggal dunia di DI Yogyakarta (DIY) pada Jumat (26/5) pagi.
Sosok yang karib disapa Buya Syafii itu meninggal di RS PKU Muhammadiyah Gamping, Sleman. Rencananya jenazah almarhum dimakamkan di pemakaman Muhammadiyah, Husnul Khotimah, Kulon Progo, DIY pada Jumat petang ini.
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menyatakan Megawati Soekarnoputri terisak sedih ketika mendengar kabar wafatnya Buya Syafii.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ketika kami menyampaikan berita wafatnya Buya ke Ibu Megawati Soekarnoputri, Beliau terisak sangat sedih. Buya Syafii sosok yang menjadi sahabat Ibu Megawati, dan bersama-sama di BPIP (Badan Pembinaan Ideologi Pancasila)," ujar Hasto melalui keterangan tertulis, Jumat (27/5).
Menurut Hasto, Megawati kehilangan sosok negarawan sekaligus cendekiawan yang rendah hati. Buya, di mata Megawati, adalah tokoh yang menjadi kekuatan bangsa karena etika dan keteladanannya.
"Ibu Megawati sungguh merasa kehilangan sosok negarawan yang menjadi cermin kecendekiawanan, sosok saleh yang rendah hati, sosok yang menjadi bagian kekuatan moral bangsa dan memberikan keteladanan dalam etika hidup berbangsa dan bernegara," sambung Hasto.
![]() |
Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi mengaku sangat kehilangan sosok Buya Syafii. Sebagai informasi, Buya Syafii dikenal pula sebagai anggota Dewan Pengarah BPIP.
"Bahwa kami sangat merasa kehilangan. Merupakan kehilangan bagi BPIP dan bangsa Indonesia," kata Yudian kepada CNNIndonesia.com via telepon,Jumat siang.
Yudian mengenang Syafii kerap menitikkan air mata ketika mengikuti rapat pleno bersama para anggota BPIP.
"Setiap rapat pleno belakangan sering menitikkan air mata," ungkap Yudian. "[Pesannya] bahwa tugas kita, khususnya sebagai BPIP, masih sangat berat dan sangat dibutuhkan bangsa ini."
Buya Syafii, lanjut dia, sempat berpesan kepada BPIP untuk terus menjaga persatuan dan mewujudkan keadilan sosial bagi semua masyarakat Indonesia. Bagi Yudian, pesan itu merupakan perwujudan nilai-nilai Pancasila yang harus diwujudkan BPIP ke depannya.
"Dipesankan jaga persatuan dan lebih penting sila ke lima [Pancasila] itu. Jadi tugas terberat itu adalah mempertahankan persatuan sekaligus mewujudkan keadilan sosial," kata Yudian yang sebelumnya dikenal pula sebagai akademisi di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta tersebut.