Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrat angkat suara ihwal kepindahan kader senior mereka di Sulawesi Selatan Ilham Arief Sirajuddin (IAS) yang memutuskan bergabung dengan Partai Golkar baru-baru ini.
Deputi Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Partai Demokrat, Kamhar Lakumani mengaku terkejut dengan keputusan IAS. Namun, ia menilai hal itu merupakan konsekuensi logis dari dinamika politik di internal partai dalam Musda.
"Meskipun kami terkejut dan menyayangkan namun ini adalah konsekuensi logis dari dinamika politik pasca-Musda," kata Kamhar dalam keterangannya, Senin (30/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
IAS merupakan pentolan Demokrat di Sulsel yang gagal ditunjuk Ketua Umum AHY meski telah mengantongi suara terbanyak dalam Musyawarah Daerah (Musda) partai tersebut pada Desember 2021 lalu.
Ia unggul setelah mengantongi 16 suara DPC Demokrat di Sulsel dan mengalahkan Ni'matullah yang hanya mengantongi delapan suara DPC. Meski unggul dalam perolehan suara, AHY akan tetapi lebih memilih Ni'matullah memimpin Demokrat di Sulsel.
Kamhar menilai semua kader mestinya bisa menerima keputusan Ketua Umum lewat hasil Musda. Sebab menurutnya, hal itu telah diatur dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga partai Demokrat.
"Namun jika kemudian Pak IAS memiliki pertimbangan lain dalam merespon ini, kami hargai dan hormati," katanya.
Di sisi lain, Kamhar menyadari tak semua keputusan partai bisa diterima oleh semua kader. Karena itu, dia menganggap hal itu lazim terlebih dalam partai politik.
Namun, dia memastikan semua keputusan Ketua Umum telah melalui pertimbangan matang. Menurut Kamhar, IAS sebetulnya telah disiapkan menjadi calon gubernur dalam pemilihan gubernur pada 2024. Namun, ia menghormati keputusan yang diambil olehnya saat ini.
"Partai Demokrat sebenarnya telah mempersiapkan Pak IAS sebagai Calon Kepala Daerah di Sulawesi Selatan pada Pilkada mendatang, namun tentunya apa yang telah menjadi keputusan Pak IAS kita hormati," katanya.
(thr/isn)