ANALISIS

Deklarasi Sang Presiden, Skenario Pelabelan Anies di Kubu Ekstremis

CNN Indonesia
Kamis, 09 Jun 2022 13:49 WIB
Deklarasi Majelis Sang Presiden yang digelar oleh orang-orang yang mengaku eks HTI dan FPI dinilai sebagai skenario melabeli Anies di lingkaran ekstremis.
Deklarasi Majelis Sang Presiden yang digelar oleh orang-orang yang mengaku eks HTI dan FPI dinilai sebagai skenario melabeli Anies di lingkaran ekstremis.
Jakarta, CNN Indonesia --

Deklarasi dukungan untuk Anies Baswedan sebagai calon presiden 2024 digelar kelompok Majelis Sang Presiden. Kegiatan ini dinilai sebagai skenario melabeli Anies berada di kelompok ekstremis.

Penilaian itu disampaikan pengamat politik dari Universitas Padjadjaran Idil Akbar. Dia mempertanyakan orang-orang yang hadir di acara deklarasi tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Deklarasi yang digelar di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan pada Rabu (8/6) itu dihadiri peserta yang mengaku sebagai mantan anggota ormas Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dan Front Pembela Islam (FPI). Bahkan ada pula yang mengaku sebagai mantan narapidana kasus terorisme (napiter).

Kedua ormas itu telah dinyatakan sebagai organisasi terlarang oleh pemerintah.

Idil pun mempertanyakan peran pemerintah, khususnya aparat keamanan yang mengizinkan mereka menggelar deklarasi, apalagi sampai ke arah pemberian dukungan untuk capres.

Dia juga curiga, selama ini HTI dan FPI tak pernah menyatakan dukungan kepada capres tertentu. Terlebih HTI, menurut Idil, selama ini anti-demokrasi.

Dia berpendapat deklarasi dukungan terhadap Anies ini justru memunculkan sebuah kecurigaan, apakah acara tersebut bagian dari skenario sebuah kelompok tertentu.

"Membacanya, tentu saja ini skenario dari kelompok tertentu untuk kemudian melekatkan status Anies sebagai bagian dari politik ekstremis," kata Idil saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (9/6).

Namun dia menganggap hal ini lumrah dalam sebuah dinamika politik. Bukan hanya Anies, aksi saling dukung dan saling jegal juga dialami sosok lain yang digadang-gadang menjadi capres berikutnya.

"Ganjar juga banyak dijegal, ada Prabowo Subianto begitu juga sama, kemudian nama-nama lain Erick Thohir misalnya atau Ridwan Kamil juga melakukan hal yang sama, tapi juga mendapat pertentangan yang sama," tuturnya.

Idil mengatakan Anies maupun pendukungnya tak perlu menanggapi deklarasi Sang Presiden itu secara berlebihan.

Ikon Pemilih Muslim

Acara Deklarasi Sang Presiden itu dihadiri sedikitnya 250 orang. Mereka kebanyakan mengenakan pakaian muslim, seperti gamis, peci, dan serban.

Pakar politik dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wasisto Rahadjo menyampaikan deklarasi itu justru menunjukan bahwa Anies merupakan sosok ikon bagi para pemilih muslim.

"Tidak hanya sekedar muslim urban, tapi juga muslim yang agak konservatif," kata Wasisto.

Apalagi, kata dia, sejauh ini belum ada sosok selain Anies yang bisa merepresentasikan para pemilih muslim. Karenanya, wajar jika Anies menarik perhatian kelompok-kelompok Islam.

Panitia Deklarasi Majelis Sang Presiden yang mendukung Anies Baswedan sebagai calon presiden (Capres) 2024 sempat diwarnai ketegangan. Panitia deklarasi meminta penurunan bendera Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang terpasang di atas panggung. Deklarasi Panitia meminta bendera tauhid diturunkan dari panggung Deklarasi "Sang Presiden Kami" Anies Baswedan di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Rabu (8/6). (CNN Indonesia/Cintya Faliana)

Wasisto menilai citra Anies yang dekat dengan kelompok Islam, bahkan yang tergolong garis keras, bisa saja dianggap negatif oleh pihak lawan. Namun, itu tak berlaku bagi pemilih muslim.

"Memang pemilih muslim seperti butuh sosok baru yang mampu bertarung di arena elektoral, karena yang kita lihat pasca-peran Habib Rizieq misalnya dan tokoh-tokoh muslim lain yang belum terlalu naik ke panggung, yang menjadi harapan tentu Pak Anies di sini," tuturnya.

Berbeda dengan Idil, Wasisto menyebut acara deklarasi itu bukan upaya penggembosan atau menjegal langkah Anies untuk maju sebagai capres 2024.

Justru menurutnya, deklarasi itu sebagai upaya 'menjual' sosok Anies agar menarik perhatian dari berbagai kelompok pemilih muslim.

"Lebih kepada semakin menjualnya sosok Anies ini sebagai ikon yang itu menarik perhatian dari kelompok Islam lain untuk bisa mendukungnya," ujarnya.

Salah satu peserta deklarasi yang mengaku sebagai mantan anggota HTI, Zainal Abidin menilai kehadiran Anies dianggap mewakili aspirasi umat Islam.

"Kenapa kami mendukung Pak Anies Baswedan? Pertama, dalam kinerja di DKI sudah menjawab aspirasi umat Islam," ucap Zainal saat ditemui di lokasi acara.

Terpisah, mantan Juru Bicara HTI Ismail Yusanto dan tim advokasi FPI Azis Yanuar membantah ada keterlibatan kelompok mereka terkait deklarasi yang digelar Majelis Sang Presiden itu.

Bendera bertuliskan kalimat tauhid yang kerap dikaitkan dengan panji HTI, sempat diturunkan dari panggung dan disita oleh aparat kepolisian.

Polres Metro Jakarta Selatan menyebut acara deklarasi Anies Sang Presiden tersebut telah mengantongi izin keramaian dari polisi.

Sementara itu, loyalis Anies Baswedan, Geisz Chalifah menuding deklarasi yang digelar Majelis Sang Presiden itu justru ingin menjatuhkan citra Anies.

Dia mengatakan langkah-langkah untuk mendiskreditkan Anies sudah terjadi sejak menjabat sebagai gubernur DKI pada 2017. Hal ini semakin gencar dilakukan beberapa waktu terakhir.

"Secara logika normal mereka bukan mendukung, tapi ingin menjatuhkan," ujar Geisz saat dihubungi, Rabu (8/6).

(dis/pmg)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER