KSAU Singgung IKN dan LCS dalam Pembangunan Kekuatan Udara

CNN Indonesia
Jumat, 10 Jun 2022 05:40 WIB
KSAU Marsekal TNI Fadjar Prasetyo mengatakan pembangunan kekuatan udara Indonesia didasarkan pada sejumlah hal, salah satunya pengamanan Ibu Kota Negara.
KSAU Marsekal TNI Fadjar Prasetyo mengatakan pembangunan kekuatan udara Indonesia didasarkan pada sejumlah hal, salah satunya pengamanan Ibu Kota Negara. ( CNN Indonesia/Michael Josua Stefanus).
Jakarta, CNN Indonesia --

Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Fadjar Prasetyo mengatakan pembangunan kekuatan udara Indonesia didasarkan pada sejumlah hal, mulai dari dinamika lingkungan strategis (lingstra), pengamanan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara hingga anggaran pemerintah.

Terkait lingstra, ia mencontohkan kondisi di Laut China Selatan (LCS).

"Lingstra itu mudahnya mungkin kalau kita lihat yang sedang berkembang di sini adalah tetap hotspotnya ada di Laut China Selatan atau Laut Tiongkok Selatan. Bagaimana kita membayangkan apa yang akan terjadi di sana? Dari situlah kita harus menarik seperti apa kita menyiapkan, mengantisipasinya," kata Fadjar dalam sambutan di acara KSAU Awards 2022, Kamis (9/6).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pembangunan kekuatan udara, lanjut dia, juga harus mempertimbangkan IKN. Ia menyebut pengadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista) harus mampu melindungi IKN.

"Bagaimana TNI Angkatan Udara harus siap melindungi Ibu Kota Negara? Seperti apa dan alutsista apa yang kita butuhkan? Ke depan memang ada rencana strategis. Ada dinamika oleh Bapak Menteri Pertahanan di dalam pemilihan alutsista yang tepat. Tentunya tepat disesuaikan dengan ancaman, lingstra, dan kemampuan anggaran pemerintah," kata dia.

Fadjar lalu menyinggung sejumlah alutsista yang dibutuhkan ke depan, di antaranya adalah pesawat peringatan dini, pesawat command control, hingga
pesawat tempur yang belakangan ramai diperbincangkan.

"Ya sebutkan di sini Rafale dan F-15 EX atau yang nanti ke depan bisa jadi F-15 IDN, pesawat angkut, baik A400, C130 tipe J, pesawat helikopter, persenjataan lain UAV, dan lain sebagainya," ujar Fadjar.

Ia mengatakan pihaknya menyiapkan dan mempelajari dengan cermat pembelian alutsista karena digunakan dalam kurun waktu yang panjang.

"Kami betul-betul mempelajari, menyiapkan dengan hati-hati dan cermat. Karena hitungannya adalah pembelian alutsista tidak digunakan dalam 3-5 tahun, sampai 40 tahun. Tentunya ini harus membutuhkan perencanaan yang cermat dari generasi ke generasi dan dilanjutkan," katanya.

(yoa/agt)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER